Archive

Archive for the ‘KOLOSAL’ Category

Review Film Legend Of The Guardians : The Owls Of Ga’Hoole 3D

October 19, 2010 Leave a comment
Pemain : Emily Barclay, Abbie Cornish, Essie davis, Adrienne DeFaria, Joel Edgerton, Deborra-Lee Furness, Sacha Horler, Bill Hunter, Ryan Kwanten, Anthony LaPaglia, Helen Mirren. 
Sutradara : Zack Snyder.
Naskah : John Orloff, Emil Stern.
Tanggal Rilis : 28 September 2010 (Indonesia)
Genre : Animasi, Adventure, Family.
Rating : PG.
Durasi : 90 Menit.
Produser : Zareh Nalbandian.
Distributor : Warner Bross.

Melihat seorang sineas muda mulai bersahabat dengan burung hantu dalam bentuk Animasi tiga dimensi mungkin terlihat wajar kecuali dia adalah sineas potensial yang selalu memberi kita sebuah film berating R (hanya diperuntukkan bagi penonton dewasa) dalam seluruh katalog karya sinematik sebelumnya, saya pribadi mengenal sineas kelahiran Wisconsin Amerika Serikat tanggal 1 Maret 1966 ini pertama kali lewat penuturan kisah horror bergenre zombie tentang kekacauan dunia saat wabah mengerikan menyebar kurang dari 24 jam dan membuat milliaran manusia menjadi mayat hidup penuh kegilaan tahun 2004 lalu, sebuah remake dari judul lawas tahun 1978 karya George A Romero dengan title lengkap Dawn Of The Dead. Zack Snyder memulai debut penyutradaraan film layar lebar dengan sesuatu yang berdarah-darah, sekuens yang menegangkan dibangun dengan bayang-bayang brutalitas dari ribuan zombie menjijikkan itu sendiri, mengerikan membayangkan semuanya terjadi begitu cepat, tidak pasti dan tanpa peringatan apapun.

Snyder dianggap sebagai sineas yang kembali mempopulerkan genre Zombie kepermukaan setelah sekian lama terpendam dalam liang lahat, namun di tahun 2007 Snyder merilis film adaptasi dari sebuah komik karangan Frank Miller berjudul 300. Sajian kolosal penuh dengan naluri kekerasan dan berujung perang akbar disebuah celah bukit sempit bernama Thermopylae yang mempertemukan Gerard Butler sebagai Leonidas, pemimpin 300 pasukan Sparta dengan Rodrigo Santoro sebagai penguasa tiran dari Persia beserta jutaan pasukannya yang terdiri dari sekumpulan manusia terlatih, hewan buas dan monster mengerikan serta memadukannya dengan musik rock yang keras. Bantuan teknologi efek visual komputer hampir 90% durasi dan adegan slow-motion setidaknya mengubah intensitas nudity & violence karya kedua Snyder menjadi tampak lebih lugas dan berkelas, visualisasinya lebih mengarah ke art. Namun bagaimanapun itu, 300 tetaplah film brutal dengan pamer visual muncratan darah dimana-mana, kepala dipenggal dan tumpukan mayat bergelimpangan.

Rekam jejak perjalanan Snyder kemudian singgah di Amerika beberapa abad lalu saat ketegangan antara Amerika dan Russia mengalami pasang surut, film noir superhero era klasik yang menguak peristiwa penting tentang siapa pelaku pembunuhan Presiden John F Kennedy, kemenangan Amerika melawan Vietnam dengan bantuan salah satu superhero berwarna biru akibat radiasi nuklir bernama Dr. Manhattan/Jon Osterman (yang diperankan oleh aktor film Almost Famous – 2000, Billy Crudup) adalah sekelumit mengenai komplektisitas film yang di adaptasi dari selusin novel grafis karya Alan Moore dan Zack Snyder berhasil melaluinya dengan bryllian. Eksplorasi yang mengubah tatanan sejarah panjang politik negeri Paman Sam hanyalah bagian luar karena Snyder kemudian mengajak kita untuk lebih intens memasuki wilayah yang lebih spesifik dan lebih kelam yakni sisi kemanusiaan yang ditampilkan begitu getir dan sakit, hampir semua karakter pahlawan ditampilkan mempunyai komplikasi serius diranah itu dan itulah yang membedakannya dengan film Dawn Of The Dead (2004) dan 300 (2007).

Membaca silsilah sinematik sineas dengan aura khas yang kelam ini kemudian mencoba memberi kita sebuah film untuk konsumsi keluarga (khususnya anak-anak dibawah umur) yang bergenre kartun animasi dan didapuk menjadi sajian teknologi tiga dimensi (3-D) adalah pertanda yang mengejutkan, saya membayangkan beberapa burung hantu berseteru dengan cara saling mencabik-cabik hingga tewas dan tabrakan keras helm yang mereka pakai hingga memercikkan api sebelum saya benar-benar menyaksikannya dibioskop (lewat tayangan 3-D) tanggal 04 Oktober lalu di Supermal Pakuwon Indah, Surabaya. Film tentang pertarungan antara yang baik dan yang jahat ini juga sekaligus menambah daftar film animasi tahun 2010 yang rata-rata memang dibuat secara 3-D untuk meraih lebih banyak lagi pemasukan bagi studio, ya karena harga tiket 3-D dua kali lebih mahal ketimbang yang reguler. Sebelumnya ada Hiccup yang berhasil menjinakkan puluhan naga liar dalam How To Train Your Dragon dibulan Maret, menjadikannya salah satu karya terhebat dari Dreamwork meski berada dibawah Kungfu Panda.

Shrek Forever After yang juga karya Dreamwork, pendatang baru yang menghadirkan ribuan makhluk kuning lucu dan imut bernama minions tentang perseteruan abadi dua penjahat untuk menunjukkan siapa yang paling hebat (dalam hal kejahatan) diantara keduanya dalam film Despicable Me yang kemudian disusul oleh Lee Unkrich yang mengarahkan animasi hebat perjalanan panjang persahabatan antara mainan dan majikannya (Andy) dalam mahakarya persembahan dari dedengkot raksasa film animasi, Pixar Animation Studio berjudul Toy Story 3 dengan short filmnya, Day And Night. Mendapati Snyder berada ditengah-tengah ke empat film animasi diatas, serta mengkorelasikannya dengan ketiga karyanya yang penuh dengan kekerasan membuat saya tersenyum dan bertanya-tanya tentang sehebat apakah yang melatarbelakangi Snyder bersedia mengarahkan kisah burung hantu adaptasi dari novel karangan Kathryn Lasky, meski bisa dibilang efek 3-D nya terasa nendang alias eye-popping banget seperti terasa keluar dari layar terutama saat salah satu tokoh burung hantu (Soren) berlatih dibawah badai ditengah lautan.

Selain bergumul dengan genre baru, Snyder juga merilis Legend Of The Guardians : The Owls Of Ga’Hoole dibulan sepi pasca pesta summer (dari bulan Mei hingga bulan Agustus), Oktober dan itu adalah jadwal baru karena ketiga karya sebelumnya selalu jatuh pada bulan Maret sesuai dengan bulan kelahirannya (dan juga bulan kelahiran saya-promosi, hehe *gak nyambung*) sangat berisiko dan terbukti demikian, Snyder mulai meniru jejak langkah Ice Age 3 : Dawn Of The Dinosaurs yang dirilis dibulan Juli 2009, padahal dua seri Ice Age sebelumnya, Ice Age (2002) dan Ice Age : The Meltdown (2006) sama-sama dirilis bulan Maret, ketiganya secara berurutan menghasilkan box office (wilayah domestik, USA) sebesar 176 juta dollar untuk yang pertama, 195 juta dollar untuk yang kedua dan 196 juta dollar untuk yang ketiga. Sedangkan keempat karya Snyder secara berurutan tahun rilis menghasilkan pendapatan box office sebesar 59 juta dollar untuk Dawn Of The Dead (2004), 210 juta dollar untuk film 300 (2007), 107 juta dollar untuk Watchmen yang dirilis tahun 2009 dan 31 juta dollar pemasukan sementara (minggu kedua hingga 3 Oktober 2010) untuk Legend Of The Guardians : The Owls Of Ga’Hoole dengan opening hanya sebesar 16 juta dollar saja alias terendah dan lebih rendah ketimbang opening Dawn Of The Dead (26 juta dollar)

Jika saya boleh menerka dan menyimpulkan, Snyder melihat potensi Ga’Hoole seperti melihat 300 versi burung hantu, melihat bahwa The Guardians adalah pasukan Sparta yang jumlahnya sedikit melawan kekuatan gelap yang juga digambarkan memiliki aura mistis yang menyebut dirinya Pure Ones sebagai penguasa lalim, layaknya Xerses dengan kaki tangannya yang jahat dan mistis namun dengan cara yang lebih halus nan lembut yang diwakili oleh karakter burung hantu mungil yang masih berusia belia bernama Eglantine (kalau tidak salah menyebut nama) Begitupula dengan alasan bahwa dia ingin membuat karya yang akan ditonton dan disukai oleh anaknya, okelah itu bisa diterima dan memang terlihat lembut diawal kisah saat kedua golongan baik The Guardians maupun The Pure Ones masih dalam bentuk legenda yang sering diceritakan oleh ayahnya, Noctus (diperankan oleh Hugo Weaving) dan diyakini oleh Soren (diperankan oleh Jim Sturgess) dan seluruh keluarganya kecuali salah satu saudaranya, Kludd (diperankan oleh Ryan Kwanten) yang diakhir kisah akan membelot dan mengabdi menjadi pasukan paling setia Pure Ones pimpinan Metalbeak (diperankan oleh Joel Edgerton).

Namun jangan lupa meski tanpa rating R seperti yang biasa Snyder lakukan, naluri brutalitas dengan nada khasnya juga muncul disini, dia benar-benar mem-back-up 300 kedalam Ga’Hoole lewat pertarungan epic puluhan ksatria tangguh burung hantu yang terbukti masih keras dan ya bayangan saya ternyata menjadi kenyataan, mereka saling mencabik-cabik diudara menggunakan helm bahkan cakar yang dibalut dengan besi yang sangat tajam plus slow-motion menakjubkan minus muncrat darah dan daging berceceran tentunya. Saya lantas membayangkan apa yang akan terjadi jika ini bukan lagi versi untuk konsumsi bocah SD? Dan saya pikir Animal Logic telah berbuat dosa dengan mengotori tangannya karena berani memvisualisasikan kekerasan dalam film ini kecuali aksi kocak film pendek 3-D berjudul Fur Of Flying buatan Warner Bross yang menghiasi layar sebelum film Legend Of The Guardians : The Owls Of Ga’Hoole dimulai, sebab bagaimanapun saya belum melihat yang seperti itu di Happy Feat (dirilis tahun 2006) yang lebih bersahabat dengan tari-tarian dan berteman baik dengan Oscar selain karena suasananya yang memang putih bersih. Hanya saja, hasil rendering animasi dari Animal Logic memang terbukti sangat halus dan hidup.

Pembuktian bahwa pertemanan Snyder dengan Burung Hantu ternyata tampil mengesankan plus imbuhan slow-motion beserta chaostic-nya yang menegangkan, hebatnya, perlu diketahui bahwa saat ini Snyder sedang mulai memikirkan sekuel 300 yang berjudul Xerses serta kabar besar saat Sutradara The Dark Knight (2008) dan Inception (2010) yang duduk sebagai Produser film Superman terbaru itu memanggil dan menugaskan Zack Snyder sebagai sutradara film Superman yang ber-sub judul The Man Of Steel yang menurut rencana dari Warner Bross harus sudah dirilis tahun 2012 nanti. Sebelum itu, film terdekat yang kini sudah dalam tahap penyelesaian akhir berjudul Sucker Punch akan dirilis bulan Maret 2011 sekaligus mengembalikan Snyder ke bulan seperti rilisan seluruh film karyanya (kecuali Ga’Hoole) Sucker Punch sendiri banyak yang menyebutnya sebagai Alice In Wonderland with machine gun! Memiliki premis tentang mimpi dunia fantasy lima cewek tangguh, versi lebih atraktif dari karya Christoper Nolan, Inception (2010). Bocoran dari cuplikan trailer yang sudah banyak beredar di internet, banyak hal yang kita lihat disini, seperti campuran buah dalam blender. Ada desingan senjata api dan ratusan selongsongan peluru, pesawat tempur klasik yang bersetting era Perang Dunia, sabetan pedang samurai, gembong mafia berjas-dasi dan bergelut dengan robot canggih bermuka lucu serta semburan api dari mulut naga yang mengerikan, sangat sulit mencari korelasinya kecuali toh dalam mimpi semua hal dapat terjadi. Apakah anda sudah siap menunggu ketiga proyek filmnya hadir dibioskop hingga dua tahun kedepan?

Riwayat Tiket Bioskop : 

Title : Legend Of The Guardians : The Owls Of Ga’Hoole 3-D Date : Monday, 04 Oktober 2010 Time : 12.00 – 13.30 WIB Auditorium : Row B, Seat 10, Studio 02 Location : Supermal Pakuwon Indah/PTC (SUPERMAL XXI) Price : IDR 30.000

Share This Post On :
stLight.options({ publisher:’12345′ });

KH. AHMAD DAHLAN (SANG PENCERAH)

October 14, 2010 7 comments
Pemain : Lukman Sardi, Zaskia A. Mecca, Slamet Rahardjo, Giring (Nidji), Ihsan Taroreh, Ricky Perdana, Mario Irwinsyah, Dennis Adhiswara, Abdurrahman Arif, Sujiwo Tejo, Ikranegara, Yatti Surachman, Agus Kuncoro, Pangky Suwito, Dewi Irawan.
Sutradara : Hanung Bramantyo.
Naskah : Hanung Bramantyo.
Produser : Raam Punjabi.
Durasi : 123 Menit.
Genre : Drama, Biopik, Kolosal.
Tanggal Rilis : 8 September 2010.
Musik : Tya Subiakto.
Produksi : Multivision Plus Pictures.
Tidak banyak film (Indonesia) yang saya tonton dibioskop selama setahun 2010 (hingga Oktober) yang menurut kabar sudah menelurkan lebih dari 50 judul, saya mengawalinya dengan Merah Putih II dan Sang Pencerah. Bukan karena tidak ada lagi judul yang bagus sebelumnya, hanya belum ada kesempatan nonton dibioskop saja. Hanung Bramantyo kembali ke bioskop untuk meramaikan moment Lebaran tahun ini, setidaknya sudah mulai banyak dari kita yang terkondisikan bahwa libur lebaran yang ramai akan ritual arus mudik adalah musim panasnya perfilman Indonesia. Mengangkat seorang tokoh besar organisasi Islam di Indoensia yang kelak pengikutnya sangat banyak sekali, dengan setting lebih dari satu abad yang lalu dan itu butuh keakuratan yang super teliti, baik sumber kisah, kostum, kondisi sosial, lingkungan (bangunan) dan bahasanya. Alangkah indahnya jika film ini memakai 95 % bahasa Jawa disaat visualisasi Jogja jaman dahulu dan musik latarnya sudah sangat indah. Adegan favorit saya adalah saat merobohkan Langgar dan saat Dahlan dimarahi oleh Ibunya tentang dirinya yang dianggap kafir, hanya satu kata, keren!. Saya menyukai karya-karya Hanung sejak Jomblo (2006) dan Catatan Akhir Sekolah (2004), belum nonton Brownies, sih, meski ada sedikit-banyak juga penonton yang kurang menyukai Ayat-ayat Cinta (2007) dan Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Saya nonton film ini tanggal 18 September yang lalu, namun baru sekarang (karena lupa, mungkin?) mereview-nya diblog ini, selain kekurangtahuan saya secara luas tentang Muhammadiyah dan seluk-beluk kisah pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Well, ada dua hal yang sangat banyak diungkapkan di film ini, pertama adalah Arah Kiblat dan yang kedua adalah peng-Kafir-an, uniknya ritual Yasin-Tahlil dan selametan hanya ditampilkan sekilas. Saya pikir sindirannya pas dan relevan untuk kondisi akut saat ini yang seenaknya mengkafiri orang dan kekerasan atas nama agama. Apapun itu, sangat menyenangkan rasanya melihat studio satu (yang memutar film ini) disalah-satu bioskop mahal di Jatim (SUTOS XXI) selalu dipenuhi penonton.

Share This Post With : 

stLight.options({ publisher:’12345′ });
Riwayat Tiket Bioskop :

Title : Sang Pencerah
Date : Saturday, 18 September 2010
Time : 14:30 WIB
Auditorium : Row A. Seat 09. Studio 01
Location : Surabaya Town Square (SUTOS XXI)
Price : IDR 35.000;00

FILM DARAH GARUDA : MERAH PUTIH II JELAS LEBIH BAGUS KETIMBANG MERAH PUTIH

September 18, 2010 Leave a comment
Saya menyaksikan momen tujuh belasan dibulan September, apakah mereka salah menyantumkan tanggal edar? tidak meski seharusnya begitu. Film ini jelas hanya menjual nama beken tenaga-tenaga ahli yang di impor dari Hollywood dengan sedikit imbuhan beberapa ledakan disana-sini, bukan ide yang buruk jika hasilnya memang efektif dan mengatrol kualitas isi, saya jadi inget film Ketika Cinta Bertasbih (2009) yang di dalam posternya bertuliskan asli mesir. Hasilnya, Darah Garuda memang lebih meledak-ledak ketimbang Merah Putih, namun jika trilogy ini dianggap sebagai film perang terhebat, monggo kita balik ke tahun 80’an lagi dimana aksi Sylvester Stallone yang sudah terbiasa meledakkan semuanya di film berjudul Rambo itu.
Pemain : Donny Alamsyah, Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana, Darius Sinathrya, Rahayu Saraswati, Atiqah Hasiholan, Astri Nurdin, Ario Bayu, Rudy Wowor, Aldy Zulfikar. Rating : R. Executive Produser : Hashim Djojohadikusumo dan Rob Allyn. Produser : Conor Allyn, Gary L Hayes, dan Jeremy Stewart. Sutradara : Yadi Sugandi dan Conor Allyn. Durasi : 105 menit. Genre : Action,War.
Lantas kapan donk kita bisa bikin film dengan special effect canggih? menggandeng Indutrial Light And magic misalnya, The Last Airbender (M. Night Shyamalan) yang buruk itupun sungguh sangat sulit untuk kita wujudkan. Untuk akting yang membatu dan beberapa hal buruk lainnya mestinya anda tanyakan saja kepada sang sutradara yang tak merubah sama sekali naskahnya, kurang lugas dan kurang meng-Indonesia meski bertema nasionalisme. Well, saya belum bertemu dengan Jenderal Sudirman sama sekali dan saya menginginkan itu difilm ketiga beserta ledakan super dahsyat lainnya.
Share This Post With :
stLight.options({ publisher:’12345′ });

Riwayat Tiket Bioskop :

Title : Darah Garuda (Merah Putih II)

Date : Saturday, 18 September 2010
Time : 12:30 WIB
Auditorium : Row A, Seat 06, Studio 05
Location : Surabaya Town Square (SUTOS XXI)
Price : IDR : 35.000.00

REVIEW FILM : IP MAN 2 – LEGEND OF THE GRANDMASTER [2010]

May 3, 2010 4 comments
Pemain : Donny Yen, Lynn Hung,Simmon Yam, Sammon Hung Kam-Bo, Xiaoming Huang, Siu-Wong Fan, Kent Cheng, Darren Shahlavi, Amber Chia, Jiang Dai-Yan, Calvin Cheng Ka-Sing, Stefan Morawitz, Siu Lung Sik, Yu-Hang To
Sutradara : Wilson Yip
Naskah : Edmong Wong
Tanggal Rilis : 29 April [Indonesia]
Genre : Action, Martial Art, Biography, History.
Durasi : 118 Menit
Distributor : Mandarin Films Distribution Co
Bioskop : Sutos XXI
Studio : 05
Seat/Row : J-12
Date : 01 Mei 2010
Time : 20.55 – 22.30 WIB
Price : Rp 35.000
Film bercerita beberapa waktu setelah Setting waktu difilm pertama, Yip Man ( Donnie Yen) bersama dengan keluarganya melarikan diri dari tempat tinggal mereka di Foshan untuk kemudian pindah ke Hong Kong pada tahun 1949. Susahnya mencari pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, Yip Man kemudian mendirikan perguruan bela dirinya sendiri diatap sebuah bangunan bertingkat. Namun kondisi ternyata berbeda antara ditempat asalnya dengan di Hong Kong yang berada dalam kekuasaan Inggris, Yip Man harus menerima kenyataan susahnya mendapatkan murid yang mau belajar kepadanya. apalagi tagihan sewa kontrakan rumah dan biaya sekolah anaknya juga tidak sedikit, ditambah isterinya yang lagi hamil tua. namun kemudian datanglah seorang murid baru [Xiaoming Huang] yang serta mengajak teman-temannya untuk belajar bela diri, di sini Yip Man juga harus berhadapan dengan masalah baru selain mengurusi anak buahnya yang juga bandel-bandel. masalah baru tersebut diawali kehadiran para pesaingnya yang dipimpin oleh seorang guru besar kung fu, Hung Chun-nam (Sammo Hung). Hung Menganggap Yip Man kurang ajar karena sudah membuka peguruan bela diri tanpa ijin dan tanpa tata cara yang sudah ditetapkan. untuk mendapatkan ijin, Yip Man harus melawan salah satu guru silat perguruan yang ada diwilayah tuan Hung. Namun masalah terbesar dan paling utama dalam film ini adalah kehadiran polisi Inggris korup yang seringkali merendahkan harga diri bangsa Cina. Yip Man jelas tidak menerima perlakuan tersebut apalagi setelah sempat mempermalukan Tuan Hung dihadapan seluruh perguruan hingga puncaknya sebuah pertarungan dahsyat antara Yip Man dan seorang petinju Inggris berjuluk The Twister menjadi sajian kisah kepahlawanan luar biasa seorang guru besar Wing Chun.
Sebelum nonton Iron Man 2, saya terlebih dahulu nonton film Ip Man 2 atau dalam bahasa aslinya berjudul Yip Man 2 : Chung Si Chuen kei. baik Ip Man 2 dan Iron Man 2 adalah dua film yang paling saya tunggu tahun ini, kebetulan pula tanggal rilisnya bersamaan jadi saya nontonnya pun berurutan. lucunya lagi, kedua film tersebut memiliki kesamaan antara lain sama-sama memakai kata “Man” dan angka “2” dalam filmnya. makanya kemudian kedunya saya gabung menjadi I (ron/p) Man 2. sangking larisnya, saya hampir tidak kebagian tempat duduk untuk pemutaran jam 20.55 kemaren.
Seperti biasa, ketakutan saya dalam menyaksikan film lanjutan atau sekuel kembali menggelanyut dikepala. namun semuanya terbantahkan melalui film ini [begitu pula dengan Iron Man 2], meski cerita yang dibangun terbilang sederhana tetapi hal itu kemudian dapat dimaklumi mengingat film ini adalah autobiografi. konflik yang diracik sebenarnya bisa lebih berkembang jika ada penambahan durasi film ini, banyak hal yang dibuat simple untuk memberi ruang kepada adegan actionnya. bicara lebih jauh tentang film ini tentu kemudian tidak terelakkan untuk diarahkan kepada sisi actionnya, koreografi martial art-nya sangat keren. pertarungan untuk mendapatkan ijin mendirikan sekolah sendiri antara Ip Man dan Hung diatas sebuah meja bundar langsung mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton yang berada dibioskop waktu itu, adegan tersebut adalah scene paling memorable dalam film ini. pun tidak seperti film pertama yang menggambarkan Ip Man adalah manusia tanpa tanding, di film ini Ip Man mendapatkan lawan yang tangguh. ciri khas Ip Man dengan jurus serangan cepat baik tangan dan kakinya masih tetap dipertahankan dan malah tambah baik di film ini, pertarungannya dengan petinju Inggris berjuluk The Twister dibagian ending dibuat sangat mendebarkan.
Satu hal yang saya tunggu-tunggu disini yaitu kehadiran Bruce Lee, bahkan setelah pembukaan sekolah baru yang kemudian Ip Man kedatangan satu murid baru pada awalnya saya pikir dialah sang Bruce Lee. tapi ternyata saya salah, karena Bruce Lee difilm kedua ini masih anak-anak, dan itupun munculnya hanya kurang dari 2 menit menjelang ending. jelas sinyal ini memberitahukan kepada penonton bahwa akan ada serial ketiga yang kini masih belum ada kabar tentang kapan mulai syuting dan tanggal rilisnya. untuk akting, kehadiran Sammo Hung menambah nilai plus film ini selain Donnie Yen yang tetap bermain baik. kharisma Sammo Hung tetap berisnar meski usia sudah lanjut, aksi bela dirinya masih terlihat enerjik layaknya Jackie Chan yang juga mulai berkurang karena dimakan usia. kekurangan dari sisi naskah diatas dapat tertutupi oleh aksi koreografi yang indah serta akting pemainnya yang baik. Nilai plus lainnya adalah pernyataan Ip Man setelah bertarung melawan The Twister bagi saya sangat bijaksana dan menyadarkan kepada kita untuk tidak mengedepankan ego masing-masing apalagi hingga menghina suatu kaum dan golongan.
Overall, bagi penikmat seni bela diri dan pengagum film silat. Ip Man 2 jelas tidak boleh dilewatkan begitu saja, bahkan alasan saya untuk nonton Ip Man 2 lebih dulu daripada Iron Man 2 adalah karena saya menilai film ini masih lebih baik daripada aksi robot-robotan milik Stark Industries tersebut. subyektifitas dan selera memang mempengaruhi penilaian ini. namun meski ceritanya sederhana, hal itu kemudian mampu tertutupi oleh beberapa faktor teknis lainnya yang saling mendukung. siapa sih yang tidak ingin menghajar bokong begundal-begundal tengik ???

PETUALANGAN BARU KELUARGA PEVENSIE BERSAMA PANGERAN CASPIAN

Pemain : Ben Barnes, Georgie Henley, Skandar Keynes, William Moseley, Anna Popplewell, Sergio Castellitto, Peter Dinklage, Warwick Davis, Vincent Grass, Pierfrancesco Favino, Cornell John, Damián Alcázar, Alicia Borrachero, Simón Andreu, Liam Neeson, Ken Stott, Harry Gregson-Williams, Tilda Swinton Sutradara : Andrew Adamson Naskah : Andrew Adamson, Christopher Markus, Stephen McFeely Tanggal Rilis : 15 Mei 2008 (Indonesia) Genre : Action, Adventure, Family, Fantasy Tagline : A new age has begun Rating : PG Durasi : 150 Menit Distributor : Walt Disney Pictures Executive Produser : Perry Moore Musik : Harry Gregson-Williams

Satu hal pasti yang menyamakan antara J.K. Rowling pencipta berjilid-jilid kisah dunia sihir Harry Potter, J.R.R. Tolkien dengan Lord Of The Ring-nya yang dahsyat nan megah serta C.S. Lewis si pengarang kisah Narnia yang dipimpin oleh singa bijak, Aslan (disuarakan oleh Liam Neeson), tak lain adalah kekuatan imajinasi mereka. Saya mungkin melewatkan kisah pertamanya yang dirilis akhir tahun 2005 itu, berbarengan dengan Kingkong dan waktu itu saya lebih memilih melototin kera setinggi 10 meter itu berkelahi dengan T-Rex. Dapet traktiran nonton dari saudara sepupu yang sedang merayakan hari ulang tahun di Supermal 21 untuk film bertitle lengkap The Chronicles Of Narnia : Prince Caspian berhasil mengubah pendapat saya terhadap film ini, pilihan film sebelumnya adalah Speed Racer dan saya mulai menyukai suara khas Neeson yang kharismatik itu.

Bioskop : The Chronicles Of Narnia : Prince Caspian – Sunday, 18 Mei 2008, 14:45 WIB, Row H, Seat 20, Studio 01, Supermal Pakuwon Indah (SUPERMAL 21), IDR : 25.000

Mungkin cukup berlebihan, tapi ini nyata, sejak nonton sekuel film ini saya tambah penasaran sekuel ketiganya bakal seperti apa. dan wooww ini adalah pertama kali dalam sejarah saya baca novel! dan itu adalah Narnia dengan judul The Voyage Of The Dawn Treader, saya menyelesaikannya dalam waktu semalam. Kembali ke film, agak disayangkan meski asupan actionnya bertambah, villain kali ini justru “hanya” dari golongan manusia biasa sehingga saya pikir bagaimanapun pertempuran akan berakhir kurang seimbang. Penyelamat film ini tentu adalah Aslan si singa agung penunggu Narnia itu, hanya saja anda harus menunggu untuk bertemu dengannya, selanjutnya adalah scoring megah gubahan Harry Gregson-Williams dan persembahan manis (berupa lagu) dari Regina Spektor diujung kisah. Oh ya meski banyak desingan pedang mengiris-miris dan korban mulai berjatuhan, tapi toh film ini memang ditujukan buat kalangan muda, saya tidak melihat pertumpahan berdarah disini, setidaknya secara visual.

AKHIR PETUALANGAN KAPTEN SLEBOR, JACK SPARROW

March 26, 2008 Leave a comment
Riwayat Tiket Bioskop : Pirates Of The Caribbean : At’s World End – Wednesday, 30 Mei 2007, 11:00 WIB, Row D, Seat 09, Studio 01, Malang Town Square (MATOS 21), IDR : 15.000,00

Seperti halnya Trilogy Matrix karya Wachownski brother yang melakukan syuting film Matrix 2 (Reloaded) dan Matrix 3 (Revolution) secara back-to-back dan menghasilkan dua perbedaan jauh baik dari segi kualitas dan kuantitas, Reloaded mendapat respon sangat positif dari kritikus karena muatan filosofinya yang berat dan memerlukan intelegensia yang cukup untuk memahaminya. Artinya, semua itu tidaklah mudah dicerna. Penggabungannya dengan action yang entertaining (terutama car chase dijalan tol 101) berhsil mengeruk uang penonton hingga 281 juta dollar (domestik) dan itu jelas berbanding terbalik dengan kenyataan difilm ketiga. Akhir kisah kapten slebor, Jack Sparrow juga dibuat dengan teknik yang sama dan sialnya juga mendapat respon yang sama. Ya Dead Man Chest (2006) dan At’s world End (2007) dibuat secara bersamaan namun dirilis ditahun yang berbeda, jika yang kedua berhasil menjulang langit ditangga Box Office sebanyak 423 juta dollar (sekaligus menjungkalkan Superman Returns) maka yang ketiga seperti langsung terjerumus termakan Kraken yang dikisahkan terbunuh disini (309 juta dollar). Saya pikir Gore Verbinsky terlalu gegabah merilis film ketiga ini langsung ditahun setelahnya, bahkan peran Chow Yun Fat (Sao Feng) dan kembalinya Geoffrey Rush (Barbossa) serta cameo gitaris Rolling Stones, Keith Richard (Teague) yang menjadi isnpirasi Johnny Depp untuk menjiwai karakter Jack Sparrow sama sekali tidak membantu mendulang untung secara box office (beserta respon positif dari kritikus) untuk menyamai seri keduanya, melihat Naomi Harris (Tia Dalma) yang tidak lain adalah Calypso (monster kepiting) yang merubah akhir kisah ini menjadi perang akbar antara ratusan kapal penjajah inggris dan beberapa kapal gabungan pembajak terkenal seluruh dunia dengan pusaran lautnya yang ganas, tapi coba berapa kapal yang berperang saat pusaran raksasa ini sedang mengamuk?

Pemain : Johnny Depp, Geoffrey Rush, Orlando Bloom, Keira Knightley, Jack Davenport, Bill Nighy, Jonathan Pryce, Lee Arenberg, Mackenzie Crook, Kevin McNally, David Bailie, Stellan Skarsgård, Tom Hollande, Naomie Harris, Martin Klebba, David Schofield, Lauren Maher, Dermot Keaney. Sutradara : Gore Verbinski. Produser : Jerry Bruckheimer. Durasi : 169 Menit. Naskah : Tedd Elliot, Terry Rossio. Genre : Action, Adventure, Fantasy. Musik : Hans Zimmer. Distributor : Walt Disney Pictures.

SPARTAN, TONIGHT WE DINE IN HELL

March 26, 2008 Leave a comment
Pemain : Gerard Butler, Lena Headey, Dominic West, David Wenham, Vincent Regan, Michael Fassbender, Tom Wisdom, Andrew Pleavin, Andrew Tiernan, Rodrigo Santoro, Tyler Neitzel, Stephen McHattie, Greg Kramer, Alex Ivanovici, Kelly Craig, Eli Snyder. Sutradara : Zack Snyder. Executive Produser : William Fay, Craig J. Flores, Scott Mednick, Frank Miller, Deborah Snyder, Thomas Tull, Ben Waisbren. Durasi : 117 Menit. Naskah : Zack Snyder, Kurt Johnstad, Micahel Gordon. Genre : Action, Fantasy, War, Colosal. Rating : R. Musik : Tyler Bates. Tanggal Rilis : 16 Maret 2007 (Indonesia). Distributor : Warner Bross. Pictures.

Zack Snyder pertama datang dengan style mengerikan dengan mengangkat kembali (remake) kisah tentang mayat hidup yang meneror seluruh umat manusia lewat Dawn Of The Dead (2004) karya George A Romero berjudul sama yang dirilis tahun 1978 lalu, dan kini dia kembali datang dengan mengolah isi komik berating dewasa karya Frank Miller berjudul sama, 300 kedalam pita seluloida dengan menggunakan teknologi special effect yang rasa-rasanya sudah mahfum terlihat lalu lalang didunia perfilman dan itu memang memiliki kontribusi positif. Kisahnya sendiri tidak terlalu istimewa kecuali Snyder mengubahnya menjadi sajian seni tentang kekejaman perang antara 300 pasukan Sparta melawan jutaan monster pimpinan raja Persia yang bengis dan kejam bernama Xerses (Rodrigo Santoro) berkat pemanfaatan teknologi special effect yang memenuhi 85 % durasi, semangat dan kerja keras penuh dedikasi tanpa mengenal lelah pasukan Sparta berhasil membius sepanjang film. Bisa dibilang Snyder, senja dan slow-motion serta brutalitas (nudity & violence) adalah trademarknya, menariknya lagi experiment dalam menggabungkan aksi perang kolosal dengan musik rock ternyata makin membangun gelora untuk segera menebas leher-leher monster bengis yang tidak manusiawai itu dan diakhiri oleh lengkingan panjang pemimpin 300 pasukan Saparta, Leonidas (Gerard Butler).

Riwayat Tiket Bioskop : 300 – Wednesday, 21 Maret 2007, 15:30 WIB, Row E, Seat 09, Studio 01, Malang Town Square (MATOS 21), IDR : 15.000

Film ini benar-benar berdarah, seindah apapun aksinya, 300 tetaplah film dengan muatan brutalitas seperti muncratan darah dimana-mana, daging berceceran dan monster yang menjijikkan akan membuat eneg beberapa penonton. Namun setidaknya hal itu tertutupi (diperhalus) oleh seni visual plus special effect yang mengagumkan. Kami ingin lebih banyak lagi mengenal sutradara ini mengingat baik Dawn Of The Dead maupun 300 sudah menjadi salah satu film favorit, padahal hanya lewat dua film itulah sang sutradara mengawali kariernya di Hollywood (film layar lebar) sebuah prestasi yang bagus dan bos-bos Hollywood pasti tau itu.