Archive

Archive for the ‘THRILLER’ Category

Case 39, dan iblis yang butuh kasih sayang

August 8, 2010 2 comments
Pemain : Renee Zellweger, Bradley Cooper, Jodelle Ferland, Ian McShane, Callum Keith Rennie, Adrian Lester, Kerry O’Malley, Cynthia Stevenson, Alexander Conti, Philip Cabrita, Vanesa Tomasino.
Sutradara : Christian Alvart.
Naskah : Ray Wright.
Genre : Thriller, Horror.
Produser : Steve Golin, Kevin Misher, Lisa Bruce.
Musik : Michl Britsch.
Durasi : 109.
Distributor : Paramount Pictures.
Memiliki buah hati adalah dambaan pasangan suami istri, namun alangkah berbeda rasanya jika anak yang dimaksud merupakan jelmaan iblis jahat, memutus rantai kejahatannya dengan cara paling menyakitkan terpaksa diamini untuk mencegah lebih banyak korban. Mimpi buruk yang sangat mengerikan dan Emily (Renee Zellweger) pantas untuk curiga, saya suka saat orang yang dia percayai malah tertawa oleh bualan tidak masuk akal dari Emily, dia berjuang sendiri mengungkap siapa sebenarnya anak kecil yang dia tampung dirumahnya bahkan dengan cara melanggar hukum sekalipun.
Renee Zellweger berada disini dengan porsi minus, membuat saya lupa bahwa dia pernah membawa pulang beberapa piala untuk Jerry McGuirre (1996), Nurse Betty (2000), Chicago (2002), dan Cold Mountain (2003), dia terlihat bodoh atau setidaknya Jodelle Ferland seperti iblis beneran dan mampu membuat teman sepantarannya sulit tidur, dia berhasil menampilkan kengerian dibalik wajah imutnya. Ada kekurangan sana-sini, tidak ada pengusiran setan, iblis jinak-jinak merpati, dan saya tidak begitu suka dengan eksekusi akhirnya, sebuah pilihan.

REVIEW FILM INCEPTION [2010]

July 26, 2010 9 comments
Pemain : Leonardo DiCaprio, Ellen Page, Marrion Cotillard, Tom Hardy, Ken Watanabe, Joseph Gordon-Levitt, Dileep Rao, Cillian Murphy, Tom Berenger, Micahel Caine, Lukas Haas.
Sutradara : Christopher Nolan
Naskah : Christopher Nolan
Produser : Christopher Nolan
Genre : Action, Thriller, Sci-Fi, Drama, Adventure, Mystery
Tanggal Rilis : 16 Juli 2010
Durasi : 148 Menit
Distributor : Warner Bross Pictures
Sebuah film paling ditunggu tahun ini, berisi barisan ensemble cast kelas festival dan disutradarai oleh Christopher Nolan yang sukses mengarahkan Memento (2000) dan The Dark Knight (2008), Inception mengusung kisah thriller psikologikal futuristik yang berbalut twist didalamnya, seperti campuran dua judul diatas dengan Dark City dan trilogy Matrix. Secara singkat (untuk menghindari spoiler) Inception bercerita tentang Cobb (DiCaprio) pencuri profesional yang mampu mencuri lewat alam bawah sadar, lelah karena selalu diburu dan mencoba menebus kesalahannya, Cobb direkrut untuk sebuah misi mustahil yaitu menanamkan ide dalam pikiran korban, mampukah?
Ekspektasi terlalu tinggi menggelanyut dibenak calon penonton, sulit dihindari dan celah lubang hitam itupun akhirnya mulai terkuak, Avatar versi Camreon juga memiliki lubang yang sama. Dejavu, ada banyak persamaan dengan film lain, dimodifikasi menjadi mimpi versi Nolan. Pemainnya tampil baik semua, meski fokus utama tetap pada duet DiCaprio-Cotillard, performa keduanya sangat prima begitu pula dengan Murphy dan Watanabe plus penampilan Ellen Page yang sangat menarik lewat film ini. Nolan berhasil memadukan sisi kualitas dan hiburan komersial sekaligus, action-nya seru, special effect-nya mengagumkan, dan iringan instrumental score keren gubahan Hans Zimmer. Nolan kini menjadi salah satu sutradara paling disegani Hollywood.
Inception mungkin lebih ringan dari Shutter Island yang juga dibintangi oleh Leonardo, namun penting untuk konsentrasi saat menikmati film ini, karena setiap detailnya berpengaruh secara signifikan terhadap jalan cerita. Sebuah karya penuh imajinasi dan 148 menit durasi yang kaya akan vitamin dan gizi, bisa dikatakan demikian karena Inception dan Nolan sanggup mengubah budaya summer film yang sebelumnya selalu menganaktirikan naskah dan akting pemain, serta layak diapresiasi lebih. Pada akhirnya lubang yang semula menganga diatas tertutupi oleh kualitas faktor pendukung yang lain, Selamat menonton.

REVIEW FILM CLASSIC, DIE HARD 2 : DIE HARDER (1990)

July 5, 2010 2 comments

Pemain : Bruce Willis, Bonnie Bedelia, William Atherton, William Sadler, Reginald VelJohnson, Franco Nero
Director : Renny Harlin

Producers : Lawrence Gordon, Lloyd Levin, dan Oliver Wood
Composer : Michael Kamen
Total Pendapatan (Amerika) : $117,540,947
Distributor: Fox
Release Date : 06 Juli 1990
Genre: Action, Thriller
Runtime : 124 Menit
MPAA Rating : R
Production Budget : $70 Juta
_
Tepat hari ini 06 Juli 1990 sebuah film sekuel dirilis berjudul Die Hard 2 : Die Harder, melanjutkan tradisi polisi gaek untuk membekuk begundal-begundal tengik yang berkeliaran bebas dijalanan. Sekuel yang terbilang sukses mengingat hanya berbiaya 70 juta dan mampu menguras dompet penonton 117 juta hanya untuk wilayah Amerika saja, angka yang menggiurkan, terbukti hingga tahun 2007 lalu seri action laga ini masih terus dibuat dengan judul terbaru Die Hard 4 atau Live Free Or Die Hard, tentu penampilan Bruce Willis pun juga sudah semakin tua. Bercerita tentang pembajakan bandara oleh para teroris yang mengingkan sesuatu, dipimpin oleh Stuart (Sadler). Seperti biasa John McLaine (Bruce Willis) berada ditempat dan waktu yang salah, istrinya masih berada didalam pesawat. Tanpa lampu landasan, pesawat tidak mungkin mendarat, terlalu berbahaya namun yang lebih berbahaya lagi adalah menipisnya bahan bakar pesawat tadi, John McLaine harus bergerak cepat.

Tampil nekad dan hanya berdasarkan feeling adalah ciri khas McLaine, lama malang melintang mengurusi penjahat mungkin telah mengakar dan menjadi isnting alamiahnya. Uniknya semua aksi John sangat susah untuk ditiru, dia adalah superhero Amerika. Anti peluru, anti lecet, mempan segala macam senjata, itulah MacLaine kita yang sakti mandraguna namun sedikit menghina akal sehat kita, nilai minus lainnya terdapat pada bangunan cerita dan akting pemainnya yang tidak terlalu istimewa. Nilai plus hanya disumbangkan oleh adegan filmnya yang pernah dicap sebagai film action terbaik dijamannya, terbukti lumayan seru dan menegangkan, sangat menarik melihat hal itu sekarang, apalagi jika membandingkannya dengan Die Hard 4 yang tambah tidak masuk akal itu. Selain melaju kencang ditangga Box office, Micahel Kamen sang komposer untuk film ini berhasil membawa pulang piala BMI Film Music Award tahun 1991 serta mendapat nominasi dari Award of the Japanese Academy juga ditahun 1991, pertanyaannya apakah akan ada film Die Hard 5 ?? hanya tinggal menunggu waktu saja meski hal itu sangat riskan mengingat usia Willis yang sudah semakin tua.

Rating :
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10

REVIEW FILM : THE A-TEAM [2010]

Pemain : Bradley Cooper, Liam Neeson, Jessica Biel, Patrick Wilson, Quinton Jackson, Sharlto Copley. Sutradara : Joe Carnahan Penulis Naskah : Joe Carnahan dan Brian Bloom Durasi : 117 Menit Tanggal Rilis : 11 Juni 2010  Distributor : Twentieth Century Fox Film Corporation

 
Sebuah film dengan tema action oriented, pure adrenaline, dan kadang tidak masuk akal, sangat tepat sebagai sajian pelepas dahaga. The A-Team diangkat dari serial TV laris tahun 80’an tentang empat ranger army bernama Hannibal, Mudrock, B. A Barracus, dan Faceman yang dituduh melakukan kejahatan yang tidak mereka lakukan, keempatnya menuntut balas dan kembali untuk membersihkan nama baik, berhasilkah? siapakah dalang dibalik semua ini?

Membayangkan sebuah tank menembak jatuh pesawat terbang adalah hal biasa, uniknya disini tank yang dimaksud sedang terjun bebas diudara dan didalamnya berisi empat ranger ini, luar biasa meski absurd. Selipan komedinya juga tampil efektif, sangat menyenangkan melihat mereka juga memiliki rasa humor yang baik. Semua pemain tampil prima terutama Bradley Cooper dan Liam Nesson, pengecualian hanya ditujukan kepada Jessica Biel. Lupakan naskah yang memang bukan prioritas utama film popcorn sperti ini, nikmati saja sajian actionnya yang menyegarkan. Trims buat Joe Carnahan dan selamat menonton

REVIEW FILM THE CRAZIES [2010]

May 5, 2010 2 comments
Pemain : Timothy Olyphant, Radha Mitchell, Joe Anderson, Danielle Panabaker, Christie Lynn Smith, Brett Rickaby, Prestone Bailey, John Aylward, Joe Reegan, Glenn Morshower, Larry Cedar,
Sutradara : Breck Eisner
Naskah : Scott Kosar, Ray Wright
Genre : Mystery, Sci-Fi, Thriller
Durasi : 101 Menit
Tagline : Fear They Neighbor
Tanggal Rilis : 12 February 2010 [USA]
Distributor : Overture Films
_
Pierce County, sebuah kota kecil di Amerika [entah bagian mana] yang berpenduduk damai dan tenang, tiba-tiba semuanya berperilaku aneh serta ditemukannya sebuah bangkai pesawat besar disebuh danau tempat sumber air kota Pierce ini, belum sang Sherif menyadari apa yang tengah terjadi, para tentara khusus yang memakai masker datang menggerebek seisi kota untuk dikarantina. David sadar bahwa ini adalah wabah dan dia harus menyelamatkan kekasihnya yang dituduh terjangkit, Judi [Radha Mitchell] serta deputinya Russell [Joe Anderson] serta salah satu penduduk yang belum terjangkiti Becca [Danielle Panabaker], berempat mereka berkelana mencari tau sebab isolasi ini dan berharap keluar hidup-hidup sebelum rencana besar dari pemerintah untuk membumihanguskan kota Pierce untuk selama-lamanya.
Tampaknya formula gila dengan zombie tampak ingin dibedakan oleh Hollywood, sebuah kebuntuan ide. Brack Eisner sangat disayangkan harus membuat film seperti ini, padahal jam terbang film layar lebarnya masih sedikit. karya sebelumnya [Sahara] sangat kurang menonjol hingga hilang nggak ada kabar lagi, meski masih belum jelas namun kabar angin menyebutkan bahwa dia akan memegang proyek Flash Gordon harus terus dipantau akibat catatan perfilmnnya ini. Akting pemainnya, tidak ada yang surprise disini. Timothy yang merupakan aktor terkenal dalam film ini juga tidak mampu menolong basinya cerita yang dibawa, begitu pula dengan Radha dan Joe, semuanya bagaikan terkena wabah virus. Overall, bagi yang suka film horror dengan sub genre Zombie. film ini patut dikoleksi, apalagi bila anda kurang menyukai versi asli tahun 1973 yang usang. saya tidak bisa memberi perbedaan mana yang terbaik versi tahun 2010 maupun 1973 mengingat yang versi lawas tersebut belum saya tonton, beberapa adegan dalam film ini masih baik dan membuat bulu kuduk berdiri lewat adegannya yang mencekam dan membuat miris bagaimana bila hal itu dimasa depan kita semua akan mengalaminya ??? semoga saja hal itu cuma terjadi dalam film. Selamat menonton

Rating :
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10

REVIEW FILM IRON MAN 2, KESATRIA SETRIKAAN KEMBALI DENGAN PENGIRITAN AKSI

Genderang Summer Movie kali ini ternyata ditabuh lebih awal, setidaknya itulah yang tengah melanda bioskop di Indonesia. Iron Man 2 adalah kontender film musim panas yang dimaksud, mendapat jadwal tayang lebih awal dari negara asalnya [Amerika] membuat hati ini senang karena kita bisa lebih update tentang film. bahkan moment positif ini direspon dengan baik oleh pihak bioskop dengan menyediakan 2 – 4 studio untuk mengakomodasi kemungkinan membeludaknya penonton, dan hal itu memang terbukti. banyak penonton yang penasaran dengan lanjutan aksi pahlawan yang tidak menyandang gelar “super” ini.

Lewat film Iron Man pulalah sebuah system anyar yang kini mulai dipakai di bioskop, namanya adalah 2D-Digital Cinema. saya kurang begitu paham secara detail tentang teknologi baru ini, namun yang jelas film dengan presentasi 2D-Digital Cinema adalah pengalaman baru bagi saya dalam menyaksikan sebuah film apalagi untuk film dengan rentetan special efffect canggih seperti Iron Man 2. perbedaan mencolok dari teknologi ini adalah hasil gambar paling jernih selama saya nonton film dibioskop, akurasi detail gambarnya enak dimata dan teks subtitle Indonesianya juga kuat dan jernih. Well, dari daftar list film superhero adaptasi komik favorit saya Iron Man jelas masuk daftar selain dwilogi Batman buatan Nolan, Watchmen, Superman Returns, dan V For Vendetta, masuknya Iron Man disini karena dia bukanlah manusia jadi-jadian yang memiliki kekuatan aneh-aneh. dan citra yang dibuat pertama kali untuk mengangkat karakter ini kelayar disambut positif oleh kritikus dengan penampilan pas dari Robert Downey Jr sebagai Tony Stark.

Suksesnya film Iron Man pertama yang dirilis tahun 2008 lalu kemudian menjadi tak terelakkan untuk segera melanjutkan petualangan baru Stark Industries selanjutnya melalui sebuah sekuel, apalagi setelah publik tau siapa orang yang berada dibalik baju besi berwarna merah tersebut. cerita filmnya dimulai enam bulan setelah Tony Stark [Robert Downey Jr] memberikan pernyataan tentang siapa yang berada dibalik robot merah tersebut, begitu pula sikap Tony yang makin mengkhawatirkan orang-orang terdekatnya Papper Pots [Gwyneth Paltrow] dan Kolonel James Rodhes [Don Cheadle]. diluar ego Tony yang semakin tidak terkendalikan, Tony sendiri sebenarnya sedang diambang kepanikan karena efek dari Palladium yang membantunya untuk tetap bertahan hidup kini balik makin membunuhnya berupa racun dalam darahnya, tentu hal ini tidak diberitahukan ke Papper. kesuksesan Stark Industries sempat menimbulkan masalah apalagi setelah pejabat Amerika meminta kepada Tony untuk menyerahkan Baju besinya karean alasan mengancam keamanan negara, hal itu tentu ditolak oleh Tony yang sekaligus mempermalukan saingan bisninya Justin Hammer [Sam Rockwell]. ternyata masalah Tony tidak berhenti disini saja, Ivan Vanko [Mickey Rourke] anak dari musuh ayah Tony. Ivan yang merupakan ahli fisika juga membuat alat dengan konsep yang sama dengan Iron Man, namun dengan bentuk yang berbeda dan menyerupai pecut dengan sengatan listrik super menakutkan yang digunakan untuk membunuh Tony yang dianggapnya sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian ayahnya. Ivan kemudian dijuluki The Whiplash.

Pemain : Robert Downey Jr, Mickey Rourke, Sam Rockwell, Stan Lee, Gwyneth Platrow, Scarlott Johansson, Samuel L Jackson, John Slattery, Clark Gregg, Garry Shandling, Paul Bettany, Jon Favreau.
Sutradara :
Jon Favreau
Naskah :
Justin Theroux
Durasi :
124 menit
Tanggal Rilis :
30 April 2010 [Indonesia]
Distributor :
Paramount Pictures
Bioskop :
Sutos XXI 2D – Digital Cinema, Studio : 03, Row : K-10, Date : 01 Mei 2010, Time : 00.25 – 02.39 WIB, Price : Rp 35.000

Setelah penyerangan oleh Whiplash kepada Tony di arena balap F1 di Monaco, Justin Hammer mendekati Ivan untuk diajak kerja sama menghancurkan Tony dan Strak Industriesnya. dilain pihak, untuk mengurusi semua masalah yang dihadapi Stark Industries maka Papper ditunjuk menjadi direktur utama Stark Industries, dan sebagai pengganti asisten pribadi Tony, maka ditunjuklah Natasha Romanoff [Scarlett Johanson] yang ternyata adalah anggota S.H.I.E.L.D berjuluk Black Widow yang diketuai oleh Nick Fury [Samuel L. Jackson] dan ditugasi untuk mengawasi Tony. keadaan makin runyam ketika Ivan memiliki misi rahasia dengan menggunakan robot otomatis punyaannya Justin Hammer, Tony, Rodhes, Scarlett kini harus berusaha mati-matian untuk melawan Ivan yang menggenjot kekuatannya untuk menghancurkan Tony.

Bagi saya film ini lumayan lolos dari kutukan film sekuel yang biasanya rusak parah dan hanya menang dibagian effect saja, meski kali ini cerita yang diracik banyak menyisipkan humor a la film komedi. namun untuk beberapa scene hal itu malah cukup efektif untuk menghibur penonton, adegan berantem yang ditunggu-tunggu antara Iron Man dan Whiplash pun ternyata hanya dihadirkan kurang dari 2 menit, karena kali ini Iron Man lebih fokus kepada sisi drama layaknya kegaluan yang dialami Parker dalam Spiderman 2. penyelesaian ending film ini memang kurang klimak yang terburu-buru, padahal durasinya sudah lumayan lama. ada beberapa titik difilm ini yang terlalu dipanjang-panjangkan sperti saat Tony dan Rodhes berantem saat acara ulang tahun Tony yang sama-sama memakai Robot dan beberapa adegan lainnya seperti Stark Expo yang dibuat agak lama, pengembangan karakter Ivan dan Justin Hummer juga begitu kurang dan terlalu menonjolkan masalah yang tengah dihadapi oleh Stark.

Akting dari pemain dalam film ini memang rata-rata bagus, Rourke sebagai Ivan juga sangat meyakinkan sekaligus memang terlihat garang, Sam malah agak surprise karena bermain sangat baik mengimbangi akting Downey yang tengah depresi. begitu pula dengan Paltrow dan Scarlett, khusus Scarlett. meski terlihat hanya sebagai “penyedap rasa”, namun penampilannya disini adalah salah satu penampilan terseksi yang pernah saya lihat darinya. adegan kelahi dengan staf keamanan dikantor Justin menjelang ending sangat menarik. yang juga menarik perhatian adalah keikut sertaan Jon Favreau sebagai supir Tony, malah kemunculannya bisa dibilang agak sering. namun meski demikian, aksinya juga bisa dibilang seru. kredit terakhir saya alamatkan kepada Cheadle, entahlah saya kok kurang sreg ya dengan yang satu ini. sangat disayangkan ketika diumumkan bahwa Terence Howard mundur dari proyek ini dengan alasan bayarannya kurang, karena bagaimanapun chermistry di film pertama anatar Tony dan Rodhes begitu hangat. di film kedua ini, Rodhes tampil beda dan terasa kurang dekat dengan Tony, lagian Cheadle pun juga kurang garang dan nampak selalu serius.

Overall, bagi saya film ini tetap direkomendasikan untuk ditonton dibioskop. syukur-syukur bila nontonnya dibioskop yang menyediakan fasilitas 2D-Digital Cinema, selain itu karena film ini memakan biaya tinggi, sehingga special effectnya sangat memanjakan mata. jokes humornya juga lumayan lucu untuk meyegarkan otak ditengah peperangan antar robotnya, dan setelah filmnya usai jangan langsung pulang dulu. karena setelah ending credit ada adegan tambahan tentang penemuan benda misterius berupa Palu punyaannya Thor, salah satu tokoh pahlawan lain dari The Avenger. ini pengalaman pribadi sewaktu nonton film ini kemaren malem, saya pikir setelah usai film para operator bioskopnya langsung nyuruh pulang. eh ternyata tidak demikian, entah hal ini karena yang nunggu adegan tambahan itu agak lumayan banyak [sekitar 10 orang] jadi layar bisokop tetap dihidupkan hingga adegan tambahan tersebut selesai. padahal saya nontonnya Midnight malem minggu dari jam 00.25 WIB hingga sekitar jam 02.39 WIB.

Ngomongin The Avenger, adegan tambahan berupa penemuan palu milik Thor tersebut sebenarnya membuat saya bahagia seklaigus khawatir. bahagia bila pemain dalam film The Avenger tersebut kelak dimainkan oleh pemain yang sudah memainkan peran yang bersangkutan, semisal Iron Man tetap memakai Robert Downey Jr, Hulk bila memang disepakati Edward Norton berarti tetap dia yang main, Captain America Chris Evan, dan juga karakter lainnya. yang mengkhawatirkan disini adalah bila semua tokoh yang sudah dikenal memainkan salah satu hero di film sebelumnya tidak diikutsertakan dalam The Avenger nantinya, alias mereboot semua pemainnya termasuk ketua S.H.I.E.L.D sendiri alias Samuel L. Jackson.

Nick Fury dan Tony”Iron Man”Stark

Dalam peta siklus perfilman Hollywood setiap tahunnya, kita mengenalnya dengan empat periode waktu. ada awal tengah dan akhir, awal selalu diisi film ringan setelah lelah dijejali film kelas festival semacam Oscar dan Golden Globe, ada tengah dengan komposisi film berbiaya tinggi dengan aliran pop laris manis bak kacang goreng karena mengisi slot liburan, dan yang terakhir adalah fall sebagai pesta penutupan film tiap tahunnya. okelah, fokus saya kali ini adalah mengambil satu siklus dari ketiga siklus standard Hollywood diatas yaitu summer movie atau pesta film musim panas alias bagian siklus tengah. saya tidak terlalu meyakini seratus persen bahwa film yang dirilis di musim panas ini semuanya selalu pop dengan biaya setinggi langit apalagi dibarengi dengan kualitas nomer wahid meski rata-rata biaya yang dikeluarkan menyebutkan demikian dan kasus semisal The Dark Knight [2008] dan Star Trek [2009] terkadang mengubah penilaian tersebut, dan jelas sebagian besar filmnya berakhir menghibur atau minimal setingkat itu saja. pembukaan pesta glamour berhamburan uang tersebut tahun ini dibuka oleh dua film yang secara simultan sukses laris manis diantri dan kemudian ditonton oleh banyak orang, produk laris berlabel franchise ini berjudul Iron Man 2 dan Ip Man 2. Sebuah produk unik yang dirilis terpaut satu hari antara keduanya, saya memakai kosa kata unik disini menilai bahwa dua produk tersebut mampu menimbulkan senyum dibibir yang dibulan April kemaren selalu dibuat kecut karena kualitas film yang dirilis dibulan itu membuat saya malas mengunjungi bioskop, sebab senyum tersebut di amini atas dasar beberapa hal yaitu keduanya sama-sama memakai  kata “Man” dan angka “2” atau lanjutan/sekuel sebagai judul filmnya.

Bagaikan sebuah brand dan atau merk dagang yang sudah mulai dikenal khalayak umum dan beberapa individu baik awam maupun yang berasal dari fans baik dari fans komik serta penggemar tokoh asli dan film Bruce Lee ada yang sudah kadung mencintainya, maka kedua judul diatas serta merta dilabeli franchise karena dinilai menguntungkan apalagi hype serial pertamanya ternyata melebihi ekspektasi pembuatnya. untuk merunut sebuah paket dagangan laris, saya terpaksa membuang Ip Man 2 dengan satu hal dan hal lainnya. baik, mari kita bahas produk dari perusahaan Stark Industries. melihat merk dagang disini tentu sudah dipaketkan dari awal meski belum tentu sistem paket yang dipakai selalu berakhir manis, paketan dengan isi karakter pahlawan biasa tanpa label “super” dengan tingkah polah slebor yang juga kaya raya, pameran teknologi yang belum ada dimasa sekarang, lika liku dalam persaingan usaha dan konflik internal, serta penyelsaian akhir lewat pertikaian dan kekerasan dengan pesaing yang kemudian kita yakini sebagai musuh diakhir kisah adalah paket utuh baik dari element film pertama hingga bagian kedua yang kini semakin dijejali berbagai konflik baru yang diselipkan sebagai strategi pasar tersebut.

Melihat dari sisi tersebut kita sedang melihat sebuah perusahaan besar yang sudah bukan saatnya lagi memakai kata “merangkul pasar” apalagi “mengenal pasar” tapi sudah berlanjut kepada prosesi selanjutnya yaitu “memperluas jaringan pasar” dengan mengikat sejumlah pasar sebelumnya yang sudah kadung suka dan ngefans, seperti saya contohnya. kini kita sedang menguji kemampuan sebuah produk dari merk dagang terkenal, kita melihat dan kemudian membeli sebuah kekuatan, bukan hanya sebungkus kualitas, namun juga kulakan sensasi, baik sensasi berbuah kebanggaan akan produk yang dikonsumsi, sensasi rasa yang diperkirakan, dan garansi yang digariskan bernama sederhana “Manusia Besi”. Seperti buah cinta dalam sebuah hubungan yang memulainya dengan susah payah namun mempertahankannya terkadang juga lebih susah dari sekedar memulainya, atau bila sudah kadung cinta maka membencinya adalah mimpi buruk yang tak kunjung hilang dari ingatan apalagi melupakannya. tentu disini kita tidak mau membeli sebuah produk laris berlabel franchise yang sudah kadung popcorn dan banyak disukai sebagian besar orang yang kemudian ternyata memiliki cacat fisik dan mengganggu secara psikologis, karena sebagai penonton pada awalnya kita diperlihatkan sebuah produk anyar ditahun 2008 lalu dengan segala kelebihan dari pihak marketingnya yang panas dingin karena takut produknya tidak laku atau minimal berada jauh dibawah target dan susah membalikkan modal yang sudah kadung melebur menjadi produk jadi ini. kita sudah diaykinkan untuk menyukai produk ini, meski dirasa banyak pilihan produk saingan yang sama enaknya namun doktrin sudah mengakar dan menjalar diotak mengenai produk ini, jadi pada akhirnya ekspektasi pun melonjat seiring perjalanan waktu.

Usaha John Favreau dalam menjaga konsumen supaya tidak berpaling keproduklain memang layak dihormati, meski beberapa konsumen menyatakan proses penggelembungan film ini menjadi sekuel, trilogy, hingga prekuel [mungkin] diamini sebagai proses kemunduran ide. Saya tidak percaya 100 persen bahwa Hollywood sedang kekeringan ide, pemaksaan trend yang terbukti sukses saat Sam Raimi mengangkat tokoh komik Spiderman [2001] menjadi film layar lebar berpita seluloid 35 mm mengubah sedikit pandangan saya. lantas apa yang harus diperdebatkan bila sudah begini ??? kita pun harus menelan ludah sendiri tentang penafsiran dan arti sebuah kata “ide”, apakah berbeda dengan “strategi” dan “memanfaatkan potensi” ?? coba kita tarik ulur tentang komik, tidak benar-benar keliru bila sebuah cerita bergambar kemudian dirubah menjadi bergerak adalah cara picik Hollywood untuk mengalihkan perhatian audience atas matinya ide begitu novel yang hanya berupa tulisan imaginatif menjadi nyata dan logis lewat layar proyektor film, nah film 300, Superman, Batman, Lord Of The Ring, Golden Compass, dan sederet judul lainnya yang makin memanjang dan memenuhi sebagian besar film berbujet tinggi yang dijual pada musim panas pantas disebut sebagai awal dari mandeknya ide ?? belum lagi konsep baru yang diangkat dari video game dan komik strip, tentu jawabannya adalah benar meski tidak 100 persen benar.

Berangkat dari sebuah kata “ide” yang dinilai mandek tersebut, Hollywood sebagai produsen pembuat sekaligus pemegang brand paling populer kemudian mempergunakan “ide” pada ranah yang kurang disukai oleh kritikus namun digilai oleh penonton umum. hal ini mungkin bertujuan supaya status perusahaan masih bisa dianggap mampu untuk memenuhi permintaan pasar meski tidak menutup kemungkinan dipergunakan untuk hal lain, ubah merk yang sudah kadung melekat dihati penggemarnya, buat mereka kalah, buat mereka menjadi hal yang mengejutkan hingga menarik simpati kita sebagai penonton untuk terus mendukungnya. yang kuat menjadi lemah, namun yang dianggap remeh menjadi sesuatu yang wah dengan intelektualisasi mengejutkan dan menukik tiba-tiba, maka kita pun bingung mengapa lantas kita harus memperdebatkan strategi perusahaan seperti ini, memperdebatkan hal diliuar kualitas, dan mempermasalahkan perbedaan intrepretasi beserta ego yang berada dibaliknya. Mengekor kesuksesan The Dark Knight [2008] dari film adaptasi komik menjadi sesuatu yang benar-benar mengaplikasikan kelelawar pada level lebih gelap dari sebelumnya, kisah Iron Man kemudian mencoba menjadi sebuah branded lain dari genre superhero ringan seperti Fantastic Four dan Spiderman. namun alih-alih menjadi penerus kualitas The dark Knight yang mau tak mau harus menjadi pembandingnya, kesalahan yang kemudian timbul adalah penekanan genre komedi yang sebelumnya tidak menjadi porsi penting. apakah itu mengisyaratkan bahwa bagian kedua ini sebagai ajang kepada dominasi hiburan setelah yang pertama dinilai terlalu serius ?? mungkin saya saja yang menilai dan berasumsi demikian, untuk menimbang pendapat tersebut kita lihat kembali film pertama.

Setelah nonton film petama, kita kemudian dapat melihat apa saja yang ingin ditawarkan dari film ini. hal ini yang kemudian menentukan intepretasi masing-masing tentang kenapa film masih pantas atau tidaknya untuk diteruskan ceritanya, tentu saya tidak serta merta menilai bahwa apa yang sudah ditawarkan di film pertama telah memenuhi syarat menjadi pilihan dan menjadi acuan kepada prduk lainnya yang semisal pun juga tidak menyebutkan bahwa film ini sepenuhnya buruk. bagi saya sebagai konsumen yang telah menguji sebuah brand merk besar mempunyai hak untuk menilai sebagai kepentingan pribadi demi sebuah kepuasan batin. saya kemudian menggunakan kata konsistensi demi merumuskan hasil pengamatan ini, konsistensi dari apa yang harus diperbuat Favreau supaya dagangannya tetap laku dengan penambahan sektor supaya dagangannya tambah laku, namun ada sebuah sinyal negatif yang memang ingin saya tulis disini. sebuah konsistensi buruk yang terus diperbuat dengan tujuan baik namun menyebabkan intepretasi lain dari saya sebagai penonton, ending film pertama dengan film kedua adalah bentuk konsistensi yang tidak sedikitpun tersentuh untuk sekedar dirubah maupun ditambah. element pertama bisa jadi dikatakan sukses tentang penceritaan perdana awal terbentuknya alter ego Iron Man, namun apakah element kedua juga harus secepat itu penyelsaiannya ?? keseimbangan yang seharusnya dipaparkan lewat film ini sangat kurang, bentuk eksekusi akhir yang tidak lebih dari pengulangan adegan pertengahan film dengan durasi kurang dari dua menit adalah siksaan tersendiri bagi konsumen yang sudah memesan paket komplit sebuah merk dagang bernama film action-superhero. apakah kemudian kita terpaksa menggolongkannya pada film drama bercampur komedi yang pekat ??

Selain itu, karakter yang dibangun pun juga mengalami konsistensi yang sama ketika nonton film pertama. meski performa per-individu-nya mungkin sudah baik dan dibawakan sesuai takaran, namun antara pertama dan kedua tetap tidak terlihat berbeda dan bahkan beberapa diantaranya menurun. jelas Rourke, Sam, dan Johanson serta pengganti Terrence Howard-Don Cheadle tidak termasuk diantaranya mengingat mereka hanya mucul pada seri kedua ini saja. khusus element kedua ini, ada beberapa bagian yang menjadi faktor yang mengubah sebuah imej yang awalnya biasa menjadi superior. Alter ego Tony Stark disini layak disebut sebagai penampakan jati diri Robert Downey Jr yang coba untuk ditanamkan pada setiap kesempatan. penekanan cerita yang didominasi oleh cara guyon yang slengean dengan pola tingkah yang sudah pernah ia praktekkan dan juga diamini oleh Guy Ritchie dalam Sherlock Holmes kembali hadir disini, ada yang efektif memang, namun beberapa sikapnya mulai membuat gusar penonton yang kelewat sombong. tentu hal ini terbaca sejak awal oleh Favreau mengingat hampir tidak ada perbedaan mencolok diantara Tony Stark dan Sherlock Holmes, sebagai Stark seyogyanya Downey haruslah bersyukur mengingat lewat film inilah dia kembali dilihat oleh dunia setelah beberapa waktu vakum dari dunia hiburan, karena bahkan efek positif akibat memakai baju besi ini dia kemudian makin dikenal salah satunya ditawari dan melakoni sebagai Sherlock Holmes dan menyabet nominasi aktor terbaik untuk Tropic Thunder tahun 2009 lalu.

Pemain : Robert Downey Jr, Mickey Rourke, Sam Rockwell, Stan Lee, Gwyneth Platrow, Scarlott Johansson, Samuel L Jackson, John Slattery, Clark Gregg, Garry Shandling, Paul Bettany, Jon Favreau.
Sutradara : Jon Favreau
Naskah : Justin Theroux
Genre : Action, Adventure, Sci-fi, Thriller.
Durasi : 124 menit
Tanggal Rilis : 30 April 2010 [Indonesia]
Distributor : Paramount Pictures

Deretan kubu kawan tidak berhenti disitu saja, kali ini Jon menghadirkan Scarlett Johanson, dan Don Cheadle sebagai tambahan. baik Paltrow maupun Scarlett disini bermain aman, khusus paltrow yang sudah mengikuti film ini sejak awal sebagai asisten Stark bernama Papper Pots, chermistry-nya kali ini masih mengusung konsistensi yang makin turun dari element pertamanya. ruang konflik dan kedekatan emosional dengan Stark terasa hilang seperti baru kenalan dan melanjutkan proses pedekate dengan seseorang, penjejalan karakter-karakter baru otomatis mematikan beberapa karakter lama yang mungkin agak urgen seperti Pots disini. pun tidak ada bedanya dengan Johanson, jangan hiraukan kualitas aktingnya disini. bahasa tubuh yang dibuat seksi nan perkasa memaparkan pada kita tentang wacana sebuah tubuh sebagai salah satu pesan yang terisrat dibalik kemolekannya, hingga ilusi yang diakibatkan darinya menyimpulkan satu hal yaitu sebagai “pemanis” film. visualisasi lain dari film ini kemudian datang dari karakter kolonel Rhodes yang sebelumnya diperankan oleh Terrence Howard menjadi Don Cheadle, meski perubahan ini bukan perubahan sensitif dari hitam ke putih. namun secara pendalaman karakter terlebih chermistrinya dengan Stark, hal ini pada akhirnya menjadi bulan-bulanan yang menyakitkan bagi saya serta yang paling tidak masuk akal kemudian adalah penolakan Howard untuk kembali memerankan Rhodes hanya karena terganjal masalah fee yang akan diterimanya. sebuah fenomena menarik pada awalnya, namun sangat tidak populer untuk kemudian bersikukuh dengan tabiat seperti itu hingga akhirnya mau tidak mau Jon harus mencari pengganti yang sekiranya pas baik secara penampilan, fee, dan aktingnya.

Pemaksaan dengan memakai jasa Cheadle untuk memangku tugas sebagai Rhodes saya nilai telah mengurangi feel film ini, chermistri keduanya tampak bias dan blur. keserasian mungkin hanyalah masalah persepsi dengan intepretasi masing-masing dengan kandungan subyektifitas atas nama selera, namun apakah cuma saya saja yang beranggapan demikian ?? tambahan yang sama menariknya kini dilakoni oleh Jon sendiri sebagai sutradara, entah ada apa dengan aktor lain bila hanya tugas sebagai sopir yang juga dibuat lucu terutama adegan kelahi dibagian ending dilaboratorium milik Hammer dibawakan oleh sang sutradara. yang jelas mngkin Jon berfikir tentang produk dagangnya harus benar-benar membuatnya bangga dan akan dia kenag sepanjang kariernya salah satunya dengan terjun sendiri pada film yang dibuatnya, aksi turun gunung ini ternyata berbuah manis. akting dan kontribusinya sebagai sopir sang pahlawan juga tidak kalah penting ketimbang peran aktor/aktris lainnya. Menyambung tentang konsistensi diatas, usaha untuk membedakan lanjutan dengan seri perdananya tentu dengan mengubah Villainnya. bila difilm pertama hanya memajang satu halangan, maka disni Jon memakai dua pengganjal sekaligus bernama Ivan Vangko dan Justin hammer. Ivan diperankan oleh Mickey Rourke dan Justin dibawakan oleh Sam Rockwell, jelas yang akan menjadi lawan kelahi sang manusia baja adalah Ivan. melihat perawakan Ivan, keyakinan tentang keahliannya menerobos komputer milik Hammer merupakan sebuah proses baru yang dicoba untuk menampilkan sosok villain kumel namun cerdas. sangking cerdasnya Ivan bahkan memiliki hati yang jauh lebih hangat ketimbang kekarnya tubuh beserta ornamen tattoo-nya, artinya Ivan memang berpenampilan sangar namun sesungguhnya dibalik itu semuanya otak adalah kekuatan sesungguhnya Ivan, apalagi dia juga pencinta hewan terutama yang berjenis kakak tua jambul kuning. Juara villain sebenarnya adalah Hammer dari segi kualitas akting, presisi penampilan yang baik terus dia pertahankan sejak melakoni film Moon tahun lalu. meski masih lebih baik saat bermain di film Moon tersebut, namun kematangan aktingnya juga tampil mengejutkan saat menggertak Ivan menjelang ending film ini.

Tony”Iron Man”Stark dan Papper Pots

Lalu bila konsistensi buruk itu masih terpancar dari film yang sejak awal bukan didedikasikan sebagai produk yang haus piala festival bergensi tingkat dunia dan tidak ada niat untuk menambal bolong konsistensi awal hingga berulang kembali di element kedua ini, apa yang harus kita lanjutkan sebagai bahan acuan terbaik yang seharusnya muncul sebagai upaya perbaikan untuk menghindari jatuh pada lubang yang sama ?? pemilik perusahaan telah berhasil menghasut kita untuk terus mengkonsumsi produknya dengan berbagai strategi jitu, terbukti usaha saya untuk memberedel film ini hanya berakhir cuap-cuap dengan sedikit tambahan pembelaan terhadap polemik bernama “adaptasi” dan menakar sebuah eksistensi akting pemainnya yang memang tidak jauh berbeda perubahannya antara kontribusinya disini maupun beberapa film lainnya diluar Iron Man. strategi dagang yang dikumandangkan oleh perusahaan film ini tidak selamanya salah memang, namun mengapa kemudian perang summer seperti contoh film ini harus selalu mendulang banyak penghasilan ?? dan selalu menyerap daya gegap gempita saat perilisannya, bukan hanya dibioskop namun hingga para pembajak dan sibuknya lalu lintas internet akibat pergerakan data free download film bajakan bertema khas summer movie tiap tahunnya. perubahan fundamentalis dari pahlawan yang memiliki serumit konflik pahit yang ditelan dengan joke yang dibuat demi kepentingan summer movie, gaya komedi film ini lalu menjadi asupan yang tidak semestinya hadir mendominasi keseluruhan film. mungkin itu moment yang saya tangkap dalam karya Jon Favreau ini.

Sesinis apapun penilaian kita, jelas film ini juga menghibur untuk ditonton. namun bukan berarti harus menjadi acuan kuat yang menempati urutan pertama yang masuk dalam penceranaan, karena memang seperti itulah expo yang selalu hadir empat bulan mulai mei hingga agustus setiap tahunnya. jadi bisa jadi bila kita mendapatkan lebih dari yang diharapkan dalam festival musim panas empat bulanan ini, berarti itu adalah bonus yang cukup langkan untuk didapatkan secara simultan dan terus menerus apalagi bila harus ada secara berlipat ganda. karena durasi 2 jam lebih nonton film ini saya kurang bersimpati tentang apa yang dialami oleh Stark meski Palladium dalam tubuhnya hampir membunuhnya disini, lalu apa yang membuat saya harus tetap duduk manis dibioskop ?? bukankah selebihnya kita hanyalah melihat presentasi produk baru yang masih berupa mata kuliah pengantar berjudul The Avenger, secara tidak langsung pemakaian tameng Captain America dan munculnya video singkat setelah ending credit tentang penemuan palu milik Thor mengisyaratkan kita pada muatan roduk unggulan lain dari perusahaan yang sama namun sepertinya akan mengobral merk dagangnya secara terus menerus dengan pekat dan tidak memberi ruang gerak bagi fans dan pengamat untuk sekedar menoleh ke lain hati. setelah beberapa kesalahan seperti kosnsitensi, akting, dan penekanan tema komedi dalam film ini, kemudian muncullah sumber pahit lainnya bernama The Avenger dan berikut The S.H.I.E.L.D yang diketuai oleh Nick Fury yang dipernakan oleh Micahel L jackson. proyek ambisius ini sungguh pada dasarnya amat mengganggu proses penyelesaian konflik dari Iron Man sendiri hingga mengakibatkan ketidakfokusan Iron Man 2 dengan The Avenger yang selalu tumpang tindih. apakah hal ini pertanda bahwa Iron Man 3 sudah tidak memungkinkan untuk dibuat dan lalu moro-moro bergabung dengan The Avenger sebagai satu kesatuan ??

Apakah secara pribadi saya tidak puas dengan film ini ?? saya kemudian mendapatkan jawaban berupa simbol yaitu 50:50, cukup lelah hati ini dengan produk yang seharusnya melebihi ekspektasi awal. namun apa boleh buat, kepentingan dari hiburan kelas summer movie yang mau tidak mau harus mengutamakan hiburan popcorn diatas segala galanya adalah nilai mati yang tidak mungkin dipungkiri oleh pihak pemilik brand produk ini. karena bagaiamanapun mereka adalah pengusaha yang ingin mencari untung lewat karya seni bernama film, mengeluarkan kosa kata caci maki sumpah serapah tidaklah cukup apabila kemudian saya menilai hanya dengan angka 50:50. penolakan terhadap film ini jelas merupakan jumlah minoritas dan idealisme memang dipertaruhkan disini, jadi saya hanya ingin menyimpannya sebagai ungkapan nanti diserial ketiga atau langsung kepada The Avenger yang menurut kabar masih akan tayang tahun 2012. lalu bila Stark pada saatnya nanti menjadi pemabuk, menjadi playboy, dan mengatur keamanan negara berdasarkan naluri liar dengan tingkah polah lebih sembrono dan ceroboh, apakah kita akan memprotes hal itu ?? saya pikir kemudian akan saya buang kosa kata tadi, karena mencacinya tidaklah cukup. bangunan sikap dan cerita kedepannya tersebut akan mengikuti penerimaan film kedua ini, jadi bila film ini sebagian besar mengganggap baik atau malah dengan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya maka jangan harap kedepannya akan berubah menjadi lebih berkualitas. pernah mendengar film ketiga atau trilogy lebih baik dari serial sebelumnya selain Lord Of The Ring ??? saya juga tidak pernah mendengar. dan mungkin saya akan duduk manis melihat penolakan dan mendengar lebih keras hujatan tentang ide yang sudah dianggap makin tidak berkembang tersebut

REVIEW FILM : KICK ASS – [2010]

April 20, 2010 8 comments
Mungkin banyak manusia didunia ini yang mempunyai naluri untuk menyelamatkan orang dan lingkungan sekitar yang sedang mengalami masalah dan kesulitan, entah dalam bentuk mengikuti organisasi, komunitas, dan bahkan menjadi sesuatu yang absurd sekalipun yaitu menjadi pahlawan. Dave Lizewski adalah salah satu yang mempunyai impian seperti itu, namun Dave bukanlah seorang yang kebetulan digigit serangga, berasal dari planet lain, atau kena radiasi, serta juga bukan seorang yang berasal dari keluarga yang kaya raya hingga mampu untuk melawan penjahat dengan seabrek gadget super canggih bin super mahal, Dave hanya pemuda cupu yang suka berkhayal main kuda-kudaan dengan perempuan cakep yang sering dilihatnya di internet, suka baca komik, punya 3000 teman dunia maya di myspace, dan mempunyai dua teman “nyata” yang juga sama-sama nerd. itulah babak pertama untuk mengawali cerita dari film remaja bergenre superhero berjudul Kick Ass.



Pemain : Aaron Johnson [Kick Ass/Dave Lizewski], Chloe Moretz [Hit Girl], Nicholas Cage [Big Daddy], Mark Strong [Frank D’Amico], Red Mist [Christoper Mintz-Plasse], Garet M. Brown [Mr. Lizewski], Lyndsy Foncesca [Katie Deauxma], Clark Duke [Marty], Evan Peters [Todd],
Sutradara : Matthew Vaughn
Naskah : Matthew Vaughn dan Jane Goldman
Tanggal Rilis : 16 April 2010 [USA]
Genre : Action, Crime, Thriller, Superhero
Tagline :I can’t read your mind, but I can kick your ass
Durasi : 117 Menit
Distributor : Marv Films

Premis sederhana namun menunjukkan sebuah realitas unik diatas masih berlanjut saat Dave berusaha memantapkan hati untuk menjadi pahlawan, memesan kostum lewat situs dan mencoba menjajalnya di atas atap hingga merangkai kata-kata untuk dipergunakan dilapangan saat menghadapi penjahat. namun sial, keyakinan menyenangkan menjadi pahlawan tidak sama dengan keadaan yang sebenarnya. Kick Ass a.ka Dave Lizewski malah babak belur dihajar preman yang kebetulan berusaha mencuri sebuah mobil, bukan hanya babak belur karena dihajar, Dave malah ditusuk plus ditabrak kendaraan hingga harus dilarikan kerumah sakit. alas, Dave ternyata belum kapok juga dengan profesinya ini. saat berusaha menolong sebuah kucing yang sudah susah payah dicarinya dengan cara menanyakannya pada setiap orang yang dia temui dipinggir jalan, tanpa sengaja pula dia mendapati seorang yang ingin dihajar oleh sekwanan preman. inilah pembuktian seorang pahlawan, kebetulan pula aksi mustahil ini direkam oleh “penonton” yang berada dilokasi tempat kejadian dan disebar diinternet. jadilah Kick Ass terkenal sebagai pahlawan yang ditonton lebih dari 25 juta orang di situs Youtube, berita TV, dan akhirnya menjadi seterkenal Superman dan Batman ditoko-toko komik dan aksesoris seantero negeri.
Dari sinilah film ini menjadi lebih seru dan spektakuler, layaknya masakan. maka kurang lengkap bila tidak ada bumbu penyedap yang membuat kita ketagihan dan berasa nikmat, lalu datanglah masalah lain yang turut serta memperkeruh kepopuleran kisah Kick Ass ini. bahkan cerita selanjutnya bagi gue sedikit agak melenceng dari pakem awal, ada Hit Girl dan Big Daddy yang merupakan anak-ayah yang menurut gue bukanlah sepasang pahlawan melainkan orang yang hanya ingin membalas dendam atas peristiwa masal lalu saja, ada pula Frank D’Amico dan Red Mist yang juga ayah-anak yang kaya raya serta memiliki akal busuk akibat koneksinya dengan pejabat dan aparat pemerintah dan Red Mist yang manja namun ingin menjadi tokoh pahlawan, serta kisah cinta antara Dave dan Katie. melencengnya cerita disini adalah fokus aksi selanjutnya yang banyak mengisahkan tentang dendam Big Daddy dan Hit Girl terhadap Frank D’Amico. secara umum kisah yang dibawa memang cukup baik dan tidak bertele-tele, penyisipan komedi dan aksi yang enerjik berkat tambahan soundtrack membantu ketegangan yang dibangun, yang membuat kurang hanya peralihan dari fokus cerita tadi. dari pertengahan sejak kemunculan Hit Girl, Kick Ass serasa sudah di “kick” oleh Hit Girl dengan dominasi aksinya yang seru namun mengandung kata-kata kotor plus adegan kasar yang terlihat terlalu sadis hingga film ini usai. oh ya adegan penculikan yang kemudian disiarkan langsung di televisi mengingatkan gue sama film The Dark Knight, saat joker mengancam supaya Batman menampakkan siapa yang berada dibalik topeng. nah, apa peran Red Mist difilm ini ?? seperti halnya film The Incredibles, peran Red Mist kurang lebih seperti The Syndrom dan mungkin itulah yang disiapkan sebagai sekuel selanjutnya.
Dari jajaran pemain senior, meskipun gue sebenarnya tidak begitu suka apalagi mengidolakan Nic Cage, namun aktingnya disini lumayan baik. Mark Strong mengubah pemikiran gue dan akan selalu memandangnya sebagai aktor khusus villain, hal ini disebabkan akhir-akhir ini dia selalu menjadi tokoh antagonis, disini dia pun bermain sangat baik sebagai penjahat. akting Aaron Johnson malah selalu ditutupi oleh bayang-bayang akting dari Chloe Moretz, sperti Dakota Fanning dan Abigail Breslin diawal kemunculannya, Moretz lewat film ini gue yakin dia akan menjadi bintang baru dengan film bagus kedepannya menggantikan dua tokoh cewek diatas yang kini sudah beranjak dewasa, sebuah awal yang baik saya pikir. Matthew Vaughn berhasil mengangkat komik Kick Ass ke layar dengan baik, setelah sebelumnya agak mengecewakan saat menangani Layer Cake dan Stardust. sutradara yang tahun depan siap meroketkan X-Men : The First Class ini terbukti mampu meramu ketegangan dan komedi dengan komposisi yang pas, hal ini menjadikan gue begitu optimis dengan proyek X-Men tersebut serta kabar sekuel Kick Ass ini tahun 2012 mendatang.
Overall, meski dinilai terlalu dini. namun gue sangat suka sama film ini begitu pula dengan Iron Man, Batman versi Nolan, Watchmen, dan Superhero The Movie yang kesemuanya bukan dari planet lain dan tidak memiliki kekuatan yang aneh-aneh bin nggak amsuk akal [kecuali karakter Dr. Manhattan dalam film watchmen] dan bukan tidak mungkin menjadi film luar terbaik sekaligus menghibur tahun 2010 selain My Name is Khan, Shutter Island, Ip Man 2, Green Zone, How To Train Your Dragon, dan Iron Man 2 yang gue tonton hingga hari ini. kelebihan film ini datang dari cerita yang fresh, karakter yang menarik, dan action yang entertaining, tidak seserius Batman dan tidak seringan Superhero The Movie. takarannya pas dengan imbuhan semangat muda yang enerjik, sebuah film pahlawan tanpa embel-embel “super” yang sangat direkomendasikan untuk ditonton.

REVIEW FILM : MACABRE [RUMAH DARA] – [2010]

February 5, 2010 8 comments
Starring : Julie Estelle, Shareefa Daanish, Michael Lucock, Ario Bayu, Sigi Wimala, Imelda Therine, Arifin Putra, Daniel Mananta, Dendi Subangil, Ruli Lubis, Aming
Naskah : MO Brothers
Sutradara : MO Brothers
Durasi : 90 Menit
Tanggal Rilis : 22 Januari 2010
Genre: Action, Horror, Thriller
Film Rumah Dara, sebenarnya film ini sudah agak lawas dikit nih. udah mangkal dibioskop 3 bulanan yang lalu, tapi karena baru tadi sore nonton perdananya yang itu pun jelas bukan dibioskop ya mau gimana lagi 🙂
Well, gue pernah nonton film ini sebelumnya. tepatnya disalah satu cerita pendek dalam film fear [takut] yang memang berisi beberapa kisah pendek dengan tema sentral “takut”, cerita filmnya berkisar tentang sekelompok anak muda ada Adjie dan Astrid, sepasang kekasih dan si Astrid yang lagi hamil tua, beserta teman-temannya berada dibandung dan segera berangkat balik ke jakarta dalam satu mobil. ditengah perjalanan yang tengah turun hujan lebat malam itu, muncul seorang perempuan yang mengaku habis dirampok, jelas rombongan masih memiliki “rasa kemanusiaan” dan pada akhirnya memberikan tumpangan bagi si perempuan sial-yang-kehujanan-abis dirampok orang-tadi. nah untuk membalas “rasa kemanusiaan” si rombongan, perempuan-sial-yang-kehujanan-abis dirampok orang-tadi [udah nggak simpel ngjlimet pula] mengajak mereka kerumahnya yang juga disambut oleh ibu dan saudara si-perempuan-sial-yang-kehujanan-abis dirampok orang-tadi [ah, kata ini lagi] hingga berakhir diajak makan malem yang sulit untuk bilang tidak. yupz, layaknya masuk ke warung-masuk-gratis-pulang-bayar, mimpi buruk karena salah memilih warung yang ternyata milik keluarga orang gendheng semua menghantarkan mereka pada film tukang jagal berdarah dingin paling membuat gua pusing kepala sehabis menontonnya. apa yang melatarbelakangi “kelainan” keluarga Dara ? berhasilkah para anggota rombongan kembali ke jakarta ?
Sehari tadi entah kebetulan atau nggak gua nonton dua film berbeda dunia namun dengan satu kata yaitu “sadis”, yang pertama adalah film kartun yang sepertinya berasal dari Argentina berjudul Boogie : El Aceitoso. sebuah film kartun 2d+3d yang kasar penuh violance namun diselipi beberapa adegan konyol, film kedua adalah Rumah Dara. kembali ke Rumah Dara a.ka Macabre, film ini memang begitu terkenal diluar negeri sebelum akhirnya resmi mangkal dibioskop reguler se-indonesia bulan januari lalu. secara tema, film ini seperti sebuah pengulangan film tipikal slasher ala negeri barat sono. kisah tentang memberikan tumpangan pada orang asing dan psikopat langsung mengingatkan gue pada serial Saw, The Hitcher, Texas Chainsaw Massacre, dan Friday 13th, serta dua film Hostel, cuman kali ini asli terjadi dibandung dan itu di Indonesia kita tercinta yang terkenal dengan jiwa sosialnya. jadi sikap iba dari rombongan diatas mungkin bisa kita golongkan sedikit dari sifat asli warga negara ini, la treus keluarga bu dara ??? entahlah.
Kelebihan film yang disutradarai oleh Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto alias Mo Bersaudara tentu adalah adegan “action”nya, racikan ketegangan yang dibangun langsung mementalkan hampir seluruh film horror yang dirilis tahun 2010 hingga hari ini [14 mei 2010 cap pos, hehe dikira undian nih ??? halah nggak nyambung blass] mulai dari rongrongan kuntilanak, pocong, setan versi baru plus dedemit yang rajin mangkal meski sebentar dibioskop kita hingga psikopatnya Air Terjun Pengantin. akting pemainnya juga sama baiknya dengan actionnya, Shaarefa Daanish dingin-dingin es kulkas tapi suka macul plus hobi nggergaji kepala orang, ngliat mukanya aja ku sudah ngeri nih apalagi kalo sudah tau bila ternyata dia itu aslinya nenek-nenek yang ahli soal membacok/memutilasi orang., benar-benar female fatale dah pokokna. Julie Estelle malah nggak menampakkan Es-nya di film ini begitu pula dengan aktor lainnya, akting mereka manteb semua euy. dari jajaran [siaah kayak kepolisian aja nih] aktor dan aktris yang main, kok aku ngerasa kurang sreg dengan penampakan Aming ya ??
Betewe, film ini bersimbah darah mulai dari pertengahan hingga akhir. bukan soal cerita yang ingin dikuatkan sebagai jualan utama, namun ketegangan yang dibuat dengan teknik yang pas. dan itulah kelemahan gue saat menikmati film ini. meski lewat film inipulalah sebuah gerbang baru hooror Indonesia, namun saya agak kurang menyukainya karena memang pada dasarnya cepet pusing bila melihat darah [asal munculnya terlihat realistis]. sebelum film ini, saya sudah mual-mual melihat Hostel part I dan Part II hingga kemudian film ini dibuat oleh sineas kita sendiri. hemat gue sih sebenarnya perfilman Indonesia [terutama horror-komedi-sex] bisa bener-bener membuat takut dan tegang penontonnya yang duduk manis dibioskop tanpa embel-embel “tegang” dalam arti lain karena selalu diimbuhi adegan mesum di setiap adegannya, karena bagi gue film Rumah Dara berhasil meramu bukan dari segi cerita tapi ketegangan yang dibuat. yah apalagi bila ditambah dengan kualitas cerita yang juga dibuat serius dan menohok, bisa jadi Rumah Dara mendapatkan saingan berat disini. Ah, tapi ternyata angan-angan ke arah sana masih belum terlalu terlihat. jadi apa boleh buat ?? film Rumah Dara tetap terbaik selain Keramat hingga sekarang, Dan pula semoga karya MO brother inipun tidak ditiru-tiru dengan imbuhan film psikopat plus sex dan komedi seperti yang sudah lalu lalang di bioskop akhir-akhir ini…

THE DARK KNIGHT, WHY SO SERIOUS?

Apapun itu, superhero juga manusia dan hidup di dunia yang tak seindah khayalan anak kecil. Selalu ada sisi gelap dibalik bersihnya warna putih dan percayalah Alm. Heat Ledger memainkan peran disisi gelap itu dengan sempurna.
Pemain : Christian Bale, (Alm) Heath Ledger, Aaron Eckhart, Michael Caine, Maggie Gyllenhaal, Gary Oldman, Morgan Freeman, Monique Gabriela Curnen, Ron Dean, Cillian Murphy, Chin Han, Nestor Carbonell, Eric Roberts, Ritchie Coster, Anthony Michael Hall, Keith Szarabajka, Colin McFarlane, Joshua Harto, Melinda McGraw, Nathan Gamble. Sutradara : Christopher Nolan. Executive Produser : Kevin De La Noy, Benjamin Melniker, Thomas Tull, Michael E. Uslan. Produser : Lorne Orleans, Christopher Nolan, Charles Roven, Emma Thomas. Durasi : 152 Menit. Naskah : Jonathan Nolan, Christopher Nolan. Genre : Action, Crime, Drama, Thriller. Tagline : Why So Serious“. Rating : PG-13. Tanggal Rilis : 18 Juli 2008 (Indonesia). Sinematografi : Wally Pfister. Musik : James Newton Howard, Hans Zimmer. Film Editing : Lee Smith. Kasting : John Papsidera. Distributor : Warner bross. Pictures
Sejak saya nonton film Batman Begins akhir tahun 2005 lalu hingga The Dark Knight ini, pertama adalah Nolan membuat film Batman berwarna cokelat, warna ini begitu mendominasi selain hitam (gelapnya malam), bahkan seragam Batman yang biasanya berwarna hitam pun juga berwarna cokelat. Saya menganggapnya normal karena ada sebagian sisi dari tubuh kelelawar yang berwarna cokelat, Scarecrow pada dasarnya memang berwarna cokelat, bukan? Kedua, Nolan saya pikir adalah salah satu sineas yang mengubah paradigma film adaptasi komik (yang sejatinya harus tetap komikal) menjadi lebih dewasa dan kelam, Nolan menyodorkan kepada kita (dan keponakan kita) sebuah kenyataan pahit saat Bruce Wayne kecil melihat dengan mata kepala sendiri orang tuanya tewas mengenaskan akibat hal sepele yang lantas membekas dihati hingga menjadi dendam dan efek traumatis yang mendarah-daging. Jadi please deh, jangan sekali-kali mengajak keponakan anda yang masih berusia 5-10 nonton film ini, atau jangan heran jika mereka ketakutan dan mengkerut dikursi bioskop yang empuk itu.
Ketiga, Nolan memberi porsi asupan tema berat untuk kisah Batman, komplektisitas seperti itu sudah dia pakai dan (menurut kabar) berhasil lewat film Memento (2000), sayang sekali Batman Begins adalah awal perkenalan saya dengan sineas film The Prestige (2006) ini. Keempat, The Dark Knight (saya singkat menjadi TDK) didominasi oleh Joker yang alhamdulillah diperankan mendekati sempurna oleh Alm. Heat Ledger, hasil eksperimennya selama berninggu-minggu mengurung diri disebuah hotel untuk mempelajari karakter Joker pantas diganjar piala Oscar, TDK sepenuhnya berisi Joker dengan segala teori chaos dan anarki-nya yang mengerikan. Jack Nicholson sepertinya harus sadar dengan pemeran Joker terbaru ini, kita tidak lagi melihat Joker dengan tawa getir, yang ada kini hanyalah bedak putih joker sangat berantakan, lipstick-nya panjang hanya untuk menutupi luka sayatan silet melalui masa lalu-nya yang misterius.
Kelima, saya kurang menyukai pergantian pemeran Rachel yang diperankan oleh Maggie Gyllenhaal, saat semua pemeran lainnya tidak ada yang diganti (sebelumnya diperankan oleh Katie Holmes) mata sayu-nya membuat film ini menjadi kurang bertenaga. Namun, meski superioritas Heat Ledger sangat mendominasi, Nolan memunculkan karakter Harvey Dent yang semula dari jaksa hingga menjadi Two Face dengan sangat pas yang didukung oleh akting yang tak kalah apik selain Heat Ledger. Keenam, TDK bukanlah sebuah film yang ingin dianggap pinter, sok hebat dan cerdas. Coba kita bayangkan jika hasutan Joker tentang dunia tanpa aturan itu diamini? dan seluruh pemikiran Joker dijadikan panutan, apalagi disaat krisis rasa kemanusiaan sudah semakin parah, saya hanya membayangkan betapa hancurnya peradaban manusia saat itu.
Riwayat Tiket Bioskop : The Dark Knight – Saturday, 13 Juli 2008, Jam 12:00 WIB, Row F, Seat 13, Studio 03, City Of Tomorrow (CITO 21), IDR : 15.000,00

Ketujuh, jika Batman Begins Nolan membuatnya menjadi cokelat, maka TDK justru menjadi biru. Ya semacam campuran antara hitam dan biru, entah warna apa yang akan dipakai untuk Batman 3 kelak. Kedelapan, ada satu promosiunik dari pihak WB dan satu kejadian yang otomatis menjadi promosi gratis suksesnya film ini selain dukungan naskah, action dan akting Heat Ledger, pertama adalah situs fiktif dan bentuk promosi unik lainnya seperti yang sudah mahfum kita ketahui berupa poster, wallpaper komputer, dan lain sebagainya. Promosi otomatis itu adaalah kejadian tragis yang menimpa Heat Ledger, dia meninggal disebuah hotel sesaat setelah menyelesaikan proyek film ini. Kesembilan, seluruh pendukung film ini sangat berpengaruh secara signifikan, saya sih belum nonton film ini yang versi IMAX, namun lewat scoring gubahan Hans Zimmer itu saja sudah cukup mantap, selain itu TDK adalah judul film Batman pertama kali dalam sejarah yang tidak memakai kata Batman. Kesepuluh, selain mengubah paradigma film adapatasi komik yang biasanya komikal, Nolan juga mengubah paradigma bahwa film adapatasi komik dan film action itu juga bisa berkualitas nomer wahid plus sukses secara Box Office pula. Kesebelas, Well Batman versi Nolan (baik Begins maupun TDK) kini menjadi film favorit saya dan mulai belajar menyukai karya Nolan lainnya yang belum saya tonton wa bil khusus film Memento tadi, saya berani bilang bahwa bikin film action itu seharusnya memang seperti ini.

DIE HARD 4.0, JOHN MCLAINE BAGAI JAM ANALOG DI ERA DIGITAL

March 26, 2008 Leave a comment
Pemain : Bruce Willis, Timothy Olyphant, Justin Long, Maggie Q, Cliff Curtis, Jonathan Sadowski, Andrew Friedman, Kevin Smith, Yorgo Constantine,Yorgo Constantine, Cyril Raffaelli, Chris Palermo, Mary Elizabeth Winstead, Sung Kang, Zeljko Ivanek, Christina Chang, Jake McDorman, Rosemary Knower. Sutradara : Len Wisman. Executive Produser : Arnold Rifkin, William Wisher Jr. Durasi : 128 Menit. Naskah : Mark Boomback, David Marconi. Genre : Action, Crime, Thriller. Rating : PG-13. Tanggal Rilis : 4 Juli 2007 (Indonesia). Tagline : “Yippee Ki Yay Mo” – John 6:27. Distributor : Twentieth Century Fox Film Corporations.
Riwayat Tiket Bioskop : Live Free Or Die Hard (Die Hard 4.0) – Tuesday, 10 Juli 2007, 13:30 WIB, Row F, Seat 07, Studio 01, ROYAL 21, IDR : 15.000,00

Bruce Willis dan Die Hard adalah pasangan serasi sejak era 80’an, selalu berada ditempat dan waktu yang salah namun berlanjut dengan aksi nekat mengikuti insting. Semuanya berhasil meski harus ditempuh dengan susah payah, hanya seja perlu diingat bahwa Willis (lewat film ini) adalah tokoh superhero real Amerika. Dia sakti mandraguna, tahan peluru, dan mampu menghancurkan pesawat tempur F-35 dengan tangan kosong, namun bermasalah dengan keluarga, dia sudah lama menyendiri dan kurang akur dengan anaknya sendiri (Lucy, diperankan oleh Mary Elizabeth Winstead), tambah urakan, serta sangat gaptek. Bagian terakhir inilah yang menjadi tema utama Die Hard 4 yang berjudul Die Hard 4.0 atau Live Free Or Die Hard, John McLaine (Willis) bagaikan jam analog di era digital dan berteman dengan hacker muda (Matthew Farrel, diperankan oleh Justin Long),  untuk mempermudahnya membekuk villain terbarunya yang berprofesi sebagai hacker (Thomas Gabriel, diperankan oleh Timothy Olyphant) sekaligus menyelamatkan anaknya yang disandera.

Apa yang akan dilakukan oleh seorang hacker jahat yang mampu menguasai seluruh jaringan di negara sebesar Amerika? semuanya seperti sangat mudah dan menegangkan, mengontrol traffic light sesuka hati, meledakkan PLTU hanya dari sebuah laptop berukuran 13 inci, namun bukan McLaine namanya jika tidak bisa melewati itu semua. Adegan favorit saya adalah ketika Matt dan McLaine terjebak diterowongan lalu tiba-tiba sebuah mobil melayang dan… kaboooomm, kerenn! Sebenarnya banyak hal yang tidak masuk akal disini, tapi daya actionnya lumayan berhasil menutupi itu. Enjoy!